Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 21 Januari 2014

Membangun Marwah Pakai PAD "Lendir"! Berkahkah?



Sebenarnya saya tidak mau menulis judul ini. Tapi, prinsip news itu, berita buruk berita banyak pembacanya. Apalagi berita itu berkaitan kasus tali air.. alias kasus moral manusia.

Secara tak sengaja, mungkin tulisan ini bisa berdampak bagi saya, tapi bisa juga menjadi pengingat bagi saya dan semoga Anda juga bisa memakluminya.

Ini bukan pengalaman saya, tapi cerita-cerita yang didengar oleh telinga saya. Kalau mau menyalahkan saya, salahkan telinga dan daya ingat saya. 

‎Pada satu waktu, eh kayak pertama kali saya mengarang jaman sekolah dasar ini. Pakai Pada suatu hari.. 

Saya duduk-duduk bersama mereka yang menjadi pejabat di kota ini. Pejabatnya saya ngak mau nyebutin ya. Boleh dong, nanti jadi pencemaran nama baik. 

Jujur saya bukan laki-laki yang sempurna. Maaf kalau ada salah, tapi sekali lagi cuma sebuah tulisan sederhana saja.

Kembali ke cerita telinga saya itu. Mereka terbahak-bahak sambil menunjukan foto dari sebuah BlackBerry. ‎Foto itu ya foto wanita berpenampilan menarik. Segi wajah, tergantung Anda. Minimal bisa bandingkan dengan  wanita disamping Anda saat ini. 

" Kalau dah mabuk, lucu kalilah kawan ini. Dan.. celotehnya.. Bla Bla Bla bla... sambil saling senyum dan saling menjelekan "

Bangga juga jadi idola dari para wanita itu. Tentu saja jadi idola, mereka akan tersenyum jika berbagi rezeki tunai. Balasannya, ya cuma keringat. (ups.. semoga tidak parno ya).

Stop dulu cerita para pejabat muda ini. Karena, cerita serupa meluncur dan kembali terdengar dari bapak-bapak lain dan di waktu berbeda.
Bagi saya, cerita-cerita ini wajar karena itulah sifat laki-laki. Harta, Tahta dan Pemanisnya Wanita. Mungkin atau Apakah Anda juga pernah dengar celoteh rekan-rekan Anda seputar kenakalan mereka. 

Satu pertanyaannya, apa yang salah dengan Prilaku ini. Jawaban saya tidak. Tidak karena kita hidup di daerah yang berbeda. Beda karena kondisi ceritan ini tabu di kampung halaman, tapi disini tidak.
Disini atau mungkin di kota Anda, kehadiran pekerja wanita malam, sangat tidak elok secara agama. Tapi, kebanyakan kota, mereka diperas ‎ sebagai penunjang Pendapat Asli Daerah sektor Pariwisata. Istilahnya PAD Lendir.‎

Bahkan, saking tidak bisa dihilangkan masalah ini, seorang anggota dewan di daerah ini, melepas unek-unek jadikan kawasan prostitusi jadi kawasan legal dan, jadikan sektor menambah pendapatan daerah.

" kkwkwkwkwkwk, lelaki mau berzina, ya harus bayar pajak,".. gumam saya waktu itu.

Ragam penolakan dan mencap sang legislatif itu tidak berpikiran. Intinya menjelekkan lah.

Tapi, dugaan saya, celoteh anggota dewan itu Akibat Kesal, karena legislatif dari partai islam, tidak bisa ‎memberantas maksiat yang tidak jauh dari rumah nya, dari tempat ibadah nya dan dari ceramah-ceramah yang diucapkan nya. Sebuah upaya sang legislatif menjaga marwah daerahnya. Sialnya Gagal.

Kini hampir lima tahun, komentar sedikit gurau dan jadi berita itu, hilang dengan sendirinya. Entah apakah marwah itu masih perlu atau dicuekin aja. Marwah ini ya Marwah Melayu, Marwah Daerah dan bisa jadi Marwah Negeri ini. 

Dan, kini pemilihan legislatif akan kembali terjadi. Jika tahun-tahun lalu, agama dan moral pemikat suara. Tapi, jelang Pileg ini, tak satupun caleg maupun partai mengusung dan menyindir serta menyikapi masalah moral.

Semua berlomba-lomba memasang baliho dengan semboyan utama Jujur Adil dan Sejahtera. Alamak.. masalah moralpun, caleg partai basis islam malu-malu bahkan tidak terdengar. 

Bikin kek slogan, berantas maksiat dan kalau jadi legislatif, ajukan anggaran ke pusat atau ke PBB di Amerika untuk memulangkan para wanita malam ini ke kampung halaman. Tentu sebelum melakukan itu, cari dan putus mata rantai. 

Dalam pikiran saya, emang wanita mendaftarkan diri jadi Pelacur. Atau tertarik membaca iklan lowongan jadi Pelacur di koran atau plamplet di daerah masing-masing.

Dari, berita masalah prostitusi yang diterbitkan, dari modus dan cara kerjanya, wanita-wanita muda jadi korban karena bujukan muncikari, hingga korban kekerasan seksual. ‎ 
Sayang, walau berulang kali diproses secara hukum dan diberitakan skala lokal dan nasional, masalah ini ‎tidak selesai tuntas. Tetap saja, ada yang terjebak atau menjebakan diri.

Bahkan, LSM yang bersuara dan menjual derita mereka, kini diam. Mereka malah memfasilitasi dan merawat mereka. Ibalannya, dapat dana dong dari ABPD. Dari mana APBD ya dari PAD. Tapi, apakah bisa dipilah, ini duit lendir ini duit pajak makanan. Kayaknya tu duit tetap menyatu tuh.  Kayaknya juga, ustad juga ngak akan berani untuk berdebat dan membicarakan pajak maksiat ini. Dalil Apapun dipakai, akan mudah dipatahkan. 

Penutup saja. Sudahkan Anda Minum Susu dan Makan Kenyang hari ini. Tentu anda mendapatkannya dengan uang. 
Pertanyaannya, emang bisa bedakan uang 50 ribu. Mana 50 ribu pajak lendir, mana 50 pajak makanan. Tentu tidak tahukan. ‎Sama saya juga tidak tau. Tapi kalau bicara uang, hukumnya saya butuh. Emang ada doa penolak rezeki. Oh ya, maaf kalau anda tidak berkenan, dan tulisannya kurang sempurna.  (@dedytribun‎/21 Januari 2014)‎

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 21 Januari 2014

Membangun Marwah Pakai PAD "Lendir"! Berkahkah?



Sebenarnya saya tidak mau menulis judul ini. Tapi, prinsip news itu, berita buruk berita banyak pembacanya. Apalagi berita itu berkaitan kasus tali air.. alias kasus moral manusia.

Secara tak sengaja, mungkin tulisan ini bisa berdampak bagi saya, tapi bisa juga menjadi pengingat bagi saya dan semoga Anda juga bisa memakluminya.

Ini bukan pengalaman saya, tapi cerita-cerita yang didengar oleh telinga saya. Kalau mau menyalahkan saya, salahkan telinga dan daya ingat saya. 

‎Pada satu waktu, eh kayak pertama kali saya mengarang jaman sekolah dasar ini. Pakai Pada suatu hari.. 

Saya duduk-duduk bersama mereka yang menjadi pejabat di kota ini. Pejabatnya saya ngak mau nyebutin ya. Boleh dong, nanti jadi pencemaran nama baik. 

Jujur saya bukan laki-laki yang sempurna. Maaf kalau ada salah, tapi sekali lagi cuma sebuah tulisan sederhana saja.

Kembali ke cerita telinga saya itu. Mereka terbahak-bahak sambil menunjukan foto dari sebuah BlackBerry. ‎Foto itu ya foto wanita berpenampilan menarik. Segi wajah, tergantung Anda. Minimal bisa bandingkan dengan  wanita disamping Anda saat ini. 

" Kalau dah mabuk, lucu kalilah kawan ini. Dan.. celotehnya.. Bla Bla Bla bla... sambil saling senyum dan saling menjelekan "

Bangga juga jadi idola dari para wanita itu. Tentu saja jadi idola, mereka akan tersenyum jika berbagi rezeki tunai. Balasannya, ya cuma keringat. (ups.. semoga tidak parno ya).

Stop dulu cerita para pejabat muda ini. Karena, cerita serupa meluncur dan kembali terdengar dari bapak-bapak lain dan di waktu berbeda.
Bagi saya, cerita-cerita ini wajar karena itulah sifat laki-laki. Harta, Tahta dan Pemanisnya Wanita. Mungkin atau Apakah Anda juga pernah dengar celoteh rekan-rekan Anda seputar kenakalan mereka. 

Satu pertanyaannya, apa yang salah dengan Prilaku ini. Jawaban saya tidak. Tidak karena kita hidup di daerah yang berbeda. Beda karena kondisi ceritan ini tabu di kampung halaman, tapi disini tidak.
Disini atau mungkin di kota Anda, kehadiran pekerja wanita malam, sangat tidak elok secara agama. Tapi, kebanyakan kota, mereka diperas ‎ sebagai penunjang Pendapat Asli Daerah sektor Pariwisata. Istilahnya PAD Lendir.‎

Bahkan, saking tidak bisa dihilangkan masalah ini, seorang anggota dewan di daerah ini, melepas unek-unek jadikan kawasan prostitusi jadi kawasan legal dan, jadikan sektor menambah pendapatan daerah.

" kkwkwkwkwkwk, lelaki mau berzina, ya harus bayar pajak,".. gumam saya waktu itu.

Ragam penolakan dan mencap sang legislatif itu tidak berpikiran. Intinya menjelekkan lah.

Tapi, dugaan saya, celoteh anggota dewan itu Akibat Kesal, karena legislatif dari partai islam, tidak bisa ‎memberantas maksiat yang tidak jauh dari rumah nya, dari tempat ibadah nya dan dari ceramah-ceramah yang diucapkan nya. Sebuah upaya sang legislatif menjaga marwah daerahnya. Sialnya Gagal.

Kini hampir lima tahun, komentar sedikit gurau dan jadi berita itu, hilang dengan sendirinya. Entah apakah marwah itu masih perlu atau dicuekin aja. Marwah ini ya Marwah Melayu, Marwah Daerah dan bisa jadi Marwah Negeri ini. 

Dan, kini pemilihan legislatif akan kembali terjadi. Jika tahun-tahun lalu, agama dan moral pemikat suara. Tapi, jelang Pileg ini, tak satupun caleg maupun partai mengusung dan menyindir serta menyikapi masalah moral.

Semua berlomba-lomba memasang baliho dengan semboyan utama Jujur Adil dan Sejahtera. Alamak.. masalah moralpun, caleg partai basis islam malu-malu bahkan tidak terdengar. 

Bikin kek slogan, berantas maksiat dan kalau jadi legislatif, ajukan anggaran ke pusat atau ke PBB di Amerika untuk memulangkan para wanita malam ini ke kampung halaman. Tentu sebelum melakukan itu, cari dan putus mata rantai. 

Dalam pikiran saya, emang wanita mendaftarkan diri jadi Pelacur. Atau tertarik membaca iklan lowongan jadi Pelacur di koran atau plamplet di daerah masing-masing.

Dari, berita masalah prostitusi yang diterbitkan, dari modus dan cara kerjanya, wanita-wanita muda jadi korban karena bujukan muncikari, hingga korban kekerasan seksual. ‎ 
Sayang, walau berulang kali diproses secara hukum dan diberitakan skala lokal dan nasional, masalah ini ‎tidak selesai tuntas. Tetap saja, ada yang terjebak atau menjebakan diri.

Bahkan, LSM yang bersuara dan menjual derita mereka, kini diam. Mereka malah memfasilitasi dan merawat mereka. Ibalannya, dapat dana dong dari ABPD. Dari mana APBD ya dari PAD. Tapi, apakah bisa dipilah, ini duit lendir ini duit pajak makanan. Kayaknya tu duit tetap menyatu tuh.  Kayaknya juga, ustad juga ngak akan berani untuk berdebat dan membicarakan pajak maksiat ini. Dalil Apapun dipakai, akan mudah dipatahkan. 

Penutup saja. Sudahkan Anda Minum Susu dan Makan Kenyang hari ini. Tentu anda mendapatkannya dengan uang. 
Pertanyaannya, emang bisa bedakan uang 50 ribu. Mana 50 ribu pajak lendir, mana 50 pajak makanan. Tentu tidak tahukan. ‎Sama saya juga tidak tau. Tapi kalau bicara uang, hukumnya saya butuh. Emang ada doa penolak rezeki. Oh ya, maaf kalau anda tidak berkenan, dan tulisannya kurang sempurna.  (@dedytribun‎/21 Januari 2014)‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger