-- Purn Kopral KKO Sumantri Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 2)
Bicara konfrontasi Indonesia ke Singapura dan hangat lagi setelah KRI Usman Harun, Sumantri memiliki cerita yang menarik juga. Terutama
dia menceritakan sosok Herman Thio, yang pernah dibuat Tribun Batam
pertengahan Februari 2014 lalu. Sumantri menjelaskan kalau aksi Herman
Thio benar adanya. Karena Yang merekrut Herman Thio menjadi Relawan dan
dijadikan Tentara Nasional Malaya, bukan Malyasia adalah dirinya.
"
Herman Thio muda itu saya yang merekrutnya. Dia bekerja sebagai tukang
suruh-suruh di Markas Brimob di Karimun. Bersama 60 orang lainnya, saya
ikut melatih dia bagaimana perang strategi, merakit bom dan bagaimana
sistem bertahan dan menyerang. Waktu itu masuk Batalion berbeda dengan
Usman Harun, yang bermarkas di Pulau Sambu," tutur Sumantri.
Konfrontasi
Singapura inilah, titik kalah Presiden Soekarno, karena politik PKI dan
Politik lainnya. Sehingga sosok Soeharto naik menjadi Presiden.
Bicara
Kenapa Gedung MC Donald jadi target ledakan, Sumantri sangat mengetahui
sekali alasannya. Bagi dia, konfrontasi ke Singapura bentuk dukungan
Indonesia yang di minta Partai Oposisi Malaysia, yang tertekan dengan
pemerintahan Inggris.
Oleh
itu, dia ingat betul, kalau pimpinan dia mengerahkan pasukan pengintai
ke Singapura melalui jalur Malaysia. Partai Oposisi Umno Malaysia waktu
itu, memfasilitasi dan berada paling depan pintu masuk ke Singapura.
"
Usman dan Harun adalah Pahlawan. Sebenarnya, ada relawan dan pasukan
kami tewas baku tembak sebelumnya. Kami menyebutnya Pertempuran Gunung
Pulai Malaka. Ada tujuh prajurit tewas. Saya cuma ingat tiga nama,
mereka relawan asal Melayu, Flores NTT dan orang Jakarta. Ada juga
setingkat perwira yang gugur. Sejak itulah, makin ketat pengawasan zona
di Singapura," tutur Sumantri lagi.
Ada namanya Bujang, Ada Toman Lokaa, ada Darwis. Sisanya lupa. Tapi, Sumantri memiliki dokumen dan foto-foto pasukannya.
"
Sebagai militer saya tidak langsung terjun ke Singapura. Saya berada di
perbatasan antara Mayalsia dan Singapura. Dan, dokumen-dokumen itu
pernah saya serahkan ke Presiden Megawati waktu datang ke Batam. Dan,
berkat pertemuan itu juga, Film PKI yang dibuat dan diputar dan ditonton
pelajar kita hilang dari Indonesia. Itu film salah besar, dan memutar
sejarah. Apakah ada unsur asing di film itu, sepertinya saya rasakan,"
ujar Sumantri, yang pendengarannya dibantu alat pengeras.
Dijelaskan
Sumantri, selain dirinya yang masih hidup dan berada di Kepri, anggota
yang masih hidup dan dikela Herman Thio dan satu lagi bermarga Panjaitan
di Karimun.
Saat
ini, Sumantri hidup biasa. Karena paska Konfrontasi dia keluar dari
militer dan membuka usaha. Sumantri sehari-hari menggunakan vespa warna
hijau. Banyak dekat dengan tokoh masyarakat, karena pengalamannya serta
perannya sebagai mantan pasukan Konfrontasi.
"
Oh ya, kenapa banyak yang jadi Relawan, tentu ada uang saku. Kalau
konfrontasi ke Singapura ada uang sakunya, tapi Off derecord juga,"ujar
Sumantri.
Walau berstatus purnawirawan, Sumantri belum tercatat sebagai veteran perang Indonesia.
"
Saya masih perjuangkan status sebagai Veteran. Kalau dulu saya tidak
mau karena dikasih 400 ribu saja, setelah ketemu bu Mega, naik jadi 1,4
juta. Selain memiliki teman dan usaha sendiri, kini Sumantri juga
dipercaya masyarakat untuk membantu masalah yang dihadapi dengan
pemerintah daerah, terutama sengketa lahan," papar Sumantri mengakhiri.
(dedy suwadha)
nb : Penulis berniat ingin menuliskan sejarah ini dan menjadikan sebuah buku. Doa kan ya..
0 komentar:
Posting Komentar