Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 03 Maret 2014

Cerita Mantan Tentara Dwikora : Sebelum Usman Harun ada 7 Relawan Gugur Melawan Tentara Boneka Inggris

-- Purn Kopral KKO Sumantri ‎ Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 2)

Bicara konfrontasi Indonesia ke Singapura dan hangat lagi setelah KRI Usman Harun, Sumantri memiliki cerita yang menarik juga. Terutama dia menceritakan sosok Herman Thio, yang pernah dibuat Tribun Batam pertengahan Februari 2014 lalu. Sumantri menjelaskan kalau aksi Herman Thio benar adanya. Karena Yang merekrut Herman Thio menjadi Relawan dan dijadikan Tentara Nasional Malaya, bukan Malyasia adalah dirinya.

" Herman Thio muda itu saya yang merekrutnya. Dia bekerja sebagai tukang suruh-suruh di Markas Brimob di Karimun. Bersama 60 orang lainnya, saya ikut melatih dia bagaimana perang strategi, merakit bom dan bagaimana ‎sistem bertahan dan menyerang. Waktu itu masuk Batalion berbeda dengan Usman Harun, yang bermarkas di Pulau Sambu," tutur Sumantri. 

Konfrontasi Singapura inilah, titik kalah Presiden Soekarno, karena politik PKI dan Politik lainnya. Sehingga sosok Soeharto naik menjadi Presiden.

Bicara Kenapa Gedung MC Donald jadi target ledakan, Sumantri sangat mengetahui sekali alasannya. Bagi dia, konfrontasi ke Singapura bentuk dukungan Indonesia yang di minta Partai Oposisi Malaysia, yang tertekan dengan pemerintahan Inggris.

Oleh itu, dia ingat betul, kalau pimpinan dia mengerahkan pasukan pengintai ke Singapura melalui jalur Malaysia. Partai Oposisi Umno Malaysia waktu itu, memfasilitasi dan berada paling depan pintu masuk ke Singapura.

" Usman dan Harun adalah Pahlawan. Sebenarnya, ada relawan dan pasukan kami tewas baku tembak sebelumnya. Kami menyebutnya Pertempuran Gunung Pulai Malaka. Ada tujuh prajurit tewas. Saya cuma ingat tiga nama, mereka relawan asal Melayu, Flores NTT dan orang Jakarta. Ada juga setingkat perwira yang gugur. Sejak itulah, makin ketat pengawasan zona di Singapura," tutur Sumantri lagi.

Ada namanya Bujang, Ada Toman Lokaa, ada Darwis. Sisanya lupa. Tapi, Sumantri memiliki dokumen dan foto-foto pasukannya. 

" Sebagai militer saya tidak langsung terjun ke Singapura. Saya berada di perbatasan antara Mayalsia dan Singapura. Dan, dokumen-dokumen itu pernah saya serahkan ke Presiden Megawati waktu datang ke Batam. Dan, berkat pertemuan itu juga, Film PKI yang dibuat dan diputar dan ditonton pelajar kita hilang dari Indonesia. Itu film salah besar, dan memutar sejarah. Apakah ada unsur asing di film itu, sepertinya saya rasakan," ujar Sumantri, yang pendengarannya dibantu alat pengeras.

‎Dijelaskan Sumantri, selain dirinya yang masih hidup dan berada di Kepri, anggota yang masih hidup dan dikela Herman Thio dan satu lagi bermarga Panjaitan di Karimun. 

Saat ini, Sumantri hidup biasa. Karena paska Konfrontasi dia keluar dari militer dan membuka usaha. Sumantri sehari-hari menggunakan vespa warna hijau. Banyak dekat dengan tokoh masyarakat, karena pengalamannya serta perannya sebagai mantan pasukan Konfrontasi. 

" Oh ya, kenapa banyak yang jadi Relawan, tentu ada uang saku. Kalau konfrontasi ke Singapura ada uang sakunya, tapi Off derecord juga,"ujar Sumantri. 

Walau berstatus purnawirawan, Sumantri belum tercatat sebagai veteran perang Indonesia. 
" Saya masih perjuangkan status sebagai Veteran. Kalau dulu saya tidak mau karena dikasih 400 ribu saja, setelah ketemu bu Mega, naik jadi 1,4 juta. Selain memiliki teman dan usaha sendiri, kini Sumantri juga dipercaya masyarakat untuk membantu masalah yang dihadapi dengan pemerintah daerah, terutama sengketa lahan," papar Sumantri mengakhiri. (dedy suwadha) 
 
nb : Penulis berniat ingin menuliskan sejarah ini dan menjadikan sebuah buku. Doa kan ya..

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 03 Maret 2014

Cerita Mantan Tentara Dwikora : Sebelum Usman Harun ada 7 Relawan Gugur Melawan Tentara Boneka Inggris

-- Purn Kopral KKO Sumantri ‎ Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 2)

Bicara konfrontasi Indonesia ke Singapura dan hangat lagi setelah KRI Usman Harun, Sumantri memiliki cerita yang menarik juga. Terutama dia menceritakan sosok Herman Thio, yang pernah dibuat Tribun Batam pertengahan Februari 2014 lalu. Sumantri menjelaskan kalau aksi Herman Thio benar adanya. Karena Yang merekrut Herman Thio menjadi Relawan dan dijadikan Tentara Nasional Malaya, bukan Malyasia adalah dirinya.

" Herman Thio muda itu saya yang merekrutnya. Dia bekerja sebagai tukang suruh-suruh di Markas Brimob di Karimun. Bersama 60 orang lainnya, saya ikut melatih dia bagaimana perang strategi, merakit bom dan bagaimana ‎sistem bertahan dan menyerang. Waktu itu masuk Batalion berbeda dengan Usman Harun, yang bermarkas di Pulau Sambu," tutur Sumantri. 

Konfrontasi Singapura inilah, titik kalah Presiden Soekarno, karena politik PKI dan Politik lainnya. Sehingga sosok Soeharto naik menjadi Presiden.

Bicara Kenapa Gedung MC Donald jadi target ledakan, Sumantri sangat mengetahui sekali alasannya. Bagi dia, konfrontasi ke Singapura bentuk dukungan Indonesia yang di minta Partai Oposisi Malaysia, yang tertekan dengan pemerintahan Inggris.

Oleh itu, dia ingat betul, kalau pimpinan dia mengerahkan pasukan pengintai ke Singapura melalui jalur Malaysia. Partai Oposisi Umno Malaysia waktu itu, memfasilitasi dan berada paling depan pintu masuk ke Singapura.

" Usman dan Harun adalah Pahlawan. Sebenarnya, ada relawan dan pasukan kami tewas baku tembak sebelumnya. Kami menyebutnya Pertempuran Gunung Pulai Malaka. Ada tujuh prajurit tewas. Saya cuma ingat tiga nama, mereka relawan asal Melayu, Flores NTT dan orang Jakarta. Ada juga setingkat perwira yang gugur. Sejak itulah, makin ketat pengawasan zona di Singapura," tutur Sumantri lagi.

Ada namanya Bujang, Ada Toman Lokaa, ada Darwis. Sisanya lupa. Tapi, Sumantri memiliki dokumen dan foto-foto pasukannya. 

" Sebagai militer saya tidak langsung terjun ke Singapura. Saya berada di perbatasan antara Mayalsia dan Singapura. Dan, dokumen-dokumen itu pernah saya serahkan ke Presiden Megawati waktu datang ke Batam. Dan, berkat pertemuan itu juga, Film PKI yang dibuat dan diputar dan ditonton pelajar kita hilang dari Indonesia. Itu film salah besar, dan memutar sejarah. Apakah ada unsur asing di film itu, sepertinya saya rasakan," ujar Sumantri, yang pendengarannya dibantu alat pengeras.

‎Dijelaskan Sumantri, selain dirinya yang masih hidup dan berada di Kepri, anggota yang masih hidup dan dikela Herman Thio dan satu lagi bermarga Panjaitan di Karimun. 

Saat ini, Sumantri hidup biasa. Karena paska Konfrontasi dia keluar dari militer dan membuka usaha. Sumantri sehari-hari menggunakan vespa warna hijau. Banyak dekat dengan tokoh masyarakat, karena pengalamannya serta perannya sebagai mantan pasukan Konfrontasi. 

" Oh ya, kenapa banyak yang jadi Relawan, tentu ada uang saku. Kalau konfrontasi ke Singapura ada uang sakunya, tapi Off derecord juga,"ujar Sumantri. 

Walau berstatus purnawirawan, Sumantri belum tercatat sebagai veteran perang Indonesia. 
" Saya masih perjuangkan status sebagai Veteran. Kalau dulu saya tidak mau karena dikasih 400 ribu saja, setelah ketemu bu Mega, naik jadi 1,4 juta. Selain memiliki teman dan usaha sendiri, kini Sumantri juga dipercaya masyarakat untuk membantu masalah yang dihadapi dengan pemerintah daerah, terutama sengketa lahan," papar Sumantri mengakhiri. (dedy suwadha) 
 
nb : Penulis berniat ingin menuliskan sejarah ini dan menjadikan sebuah buku. Doa kan ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger