Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 03 Maret 2014

Cerita Mantan Tentara Dwikora ke Irian Barat dan Kematian John F Kennedy

-- Purn Kopral KKO Sumantri ‎ Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 1)

Namanya Soemantri atau Indonesiannya Sumantri, usia saat ini 70 tahun lebih. Postur tubuh tinggi kurus, namun masih terlihat gaya militernya. Mengenakan topi loreng lusuh, berjaket Jean biru muda, Sumantri datang ke sejumlah media di Tanjungpinang.

Dikalangan wartawan, sosoknya diketahui sebagai orang tua purnawirawan TNI yang selalu membawa setumpuk berkas dan surat laporan, terkait masalah lahan di Kota Tanjungpinang dan di Kabupaten Bintan. Bapak  ini dipercaya sejumlah masyarakat untuk ikut membantu mengurus lahan tanah, yang saat ini tanah-tanah masyarakat sudah dikuasai orang-orang berduit dari Pulau Jawa dan orang kaya di Kepri.

Luas tanah itu mencapai ribuan hektar. Seperti hasil pemberitaan hasil klipingnya, pada kasus tanah melibatkan PT Buana Mega Wisata (BMW) dengan masyarakat 10 desa di Kabupaten Bintan.
 
 Sumantri terlihat profesional karena berkas itu  tertata dan tersusun rapi. Seperti dokumen surat laporan ke BPN dan kopian kliping koran yang diperlihatkan ke Tribun-Bintan News. Berhasilkah perjuangan bapak Sumantri ini, sepertinya belum, namun dirinya tempat mengadu masyarakat agar bisa perjuangkannya.

Gigihnya bapak satu anak dan empat cucu ini, mulai mendatangi intansi-instasi terkait, baik di Kepri maupun ke Pusat. Baik mengirimkan surat ke pemerintah daerah sampai mengirim ke Presiden. 

Dengan latar itulah, diapun kembali ditunjuk menjadi juru bicara untuk sengketa lahan tidur di Kawasan Senggarang dengan luas mencapai 290 hektar, antara PT. Yakin Perkasa Propertama (YPP) dengan warga tempatan di Senggarang. 

Panjang lebar menceritakan masalah sengketa lahan di Kepri ini. Mulai siapa semestinya pemilik, dan siapa ‎yang bermain, bisa diketahuinya. Namun, bagi Tribun-Bnews bukan masalah sengketa lahan yang menarik. Tetapi kehidupan muda Sumantri yang perlu diketahui masyarakat umum.

Kepiawaiannya menyusun data-data terinci ini, ternyata pengalaman dia sebagai intelijen mliter yang terlibat langsung dalam ‎ perang ke Irian Jaya, serta konfrontasi ke Singapura yang diduduki militer Inggris. 

" Waktu di Irian Barat dulu, bisa dikatakan kami siap mati. Bayangkan, meriam Belanda itu, besarnya minta ampun, kena kapal langsung tenggelam. Waktu itu, pasukan Dari KRI Macan tenggelam, Presiden telah meminta bantuan Rusia, dan mengirimkan sejumlah kapal selamnya. ‎Kalau kapal kita udah pada hancur, dan yang berjuang itu, angkatan laut, angkatan darat dan Pelni. Sasarannya, menghancurkan meriam Belanda di darat, dengan melumpuhkan orang-orang asli Irian dulu, baru bisa menguasai tepi laut, pasukan merapat,"papar Sumantri, Kamis (27/2) di Kantor Tribun-Bintan News Tanjungpinang.

Besarnya meriam itu, membuat kapal dengan jarak jauh sekali bisa langsung meledak. "Ditembakan di Tanjungpinang ini, meledaknya bisa di Pulau Batam sana. Saking jauh dan besarnya peluru meriam itu,‎" ungkap Sumantri membayangkan.

Sumantri sendiri kini tinggal di Griya Senggarang Kota Tanjungpinang. Pangkat terakhirnya Kopral Komando dari satuan KKO TNI AL di Batalion Amphibi.‎ Masuk militer di Surabaya, karena asli Gunung Sahari Surabaya. Sumantri tinggal di Kepri, semenjak selesai massa Konfrontasi Indonesia ke Singapura saat ini. 

Ditambahkan Sumantri, waktu pasukan Nica Belanda mundur, setelah mengetahui 6 kapal selam Rusia telah mengepung basis tentara Inggris.  Jelas, waktu itu campur tangan negara lain selain Rusia juga ada. Sukses itu akhirnya Presiden Soekarno Datang ke Irian Barat.

" Waktu Presiden datang, malamnya petinggi militer dan presiden  berdansa. Saya ingat lagunya Terang Bulan. Saya waktu itu, berjaga tidak jauh dari acara. Waktu itu juga, Soekarno dihadapan pasukan ‎ berkata, Setelah ini Kita Ganyang Malaysia," ungkap Sumantri,yang langsung menyatakan dirinya langsung siap mendaftar ke Malaysia.

Sebagai prajurit strategi dan intelijen, Sumantri mengetahui dan hingga saat ini menyimpan data dokumen rahasia strategi militer waktu itu. 

" Irian Barat itu perang terbuka, banyak korban kita. Kami dijelaskan, Indonesia dikepung Inggris dari berbagi sudut, ada Australia, Brunei, Singapura, Malaysia dan Philipina. Posisi strategis Inggris adalah di Irian Barat dan di Singapura. Oleh itu, Presiden Soekarno mengutamakan Irian dulu baru Singapura. Ditambah, Soekarno mendapat dukungan Presiden Amerika John F Kennedy dan pasukan Rusia," ungkap Sumantri.

Entah ada hubungan atau tidak, Tewasnya Presiden AS John Kennedy, tidak berapa lama setelah dia menyatakan ke Inggris agar mundur dari Irian Barat. Terjadilah penembakan presiden.

"Presiden kita berkawan dengan John Kennedy waktu itu. Apakah ada kaitannya, sehingga perintah itu berujung pada kematian John Kennedy," ujar Sumantri.

‎Iseng pertanyaan dilontarkan Tribun, seputar berapa uang saku diberikan pemerintah kepada seluruh pasukan yang berjuang ke Irian Barat. Sumantri tersenyum, dan minta Off Dercord. 

" Off derecord ya masalah uang saku. Tapi, untuk kebutuhan hidup seperti beras sepulang Irian, pasukan tidak habis-habislah," Sumantri tersenyum.

Bagi Sumantri, melihat perjuangan dia dan tentara lain serta relawan di Irian, bagian penting Indonesia, dan memperlihatkan kedaulatan negara ini. Walau, isu utamanya adalah Politik kekuasaan dunia Internasional. 

Sumantri  mengaku sebagai tentara waktu itu karena Kedaulatan Indonesia. Tidak peduli situasi politik tingkat atas waktu itu. Tapi, jika melihat negara-negara tetangga di Indonesia hari ini, Sumantri berpendapat kalau Inggris memang hebat. Tapi, Presiden Soekarno adalah Presiden seumur hidup yang paling hebat. Sayang beliau dibuat tak bisa bicara hingga wafat.(dedy suwadha/ bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 03 Maret 2014

Cerita Mantan Tentara Dwikora ke Irian Barat dan Kematian John F Kennedy

-- Purn Kopral KKO Sumantri ‎ Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 1)

Namanya Soemantri atau Indonesiannya Sumantri, usia saat ini 70 tahun lebih. Postur tubuh tinggi kurus, namun masih terlihat gaya militernya. Mengenakan topi loreng lusuh, berjaket Jean biru muda, Sumantri datang ke sejumlah media di Tanjungpinang.

Dikalangan wartawan, sosoknya diketahui sebagai orang tua purnawirawan TNI yang selalu membawa setumpuk berkas dan surat laporan, terkait masalah lahan di Kota Tanjungpinang dan di Kabupaten Bintan. Bapak  ini dipercaya sejumlah masyarakat untuk ikut membantu mengurus lahan tanah, yang saat ini tanah-tanah masyarakat sudah dikuasai orang-orang berduit dari Pulau Jawa dan orang kaya di Kepri.

Luas tanah itu mencapai ribuan hektar. Seperti hasil pemberitaan hasil klipingnya, pada kasus tanah melibatkan PT Buana Mega Wisata (BMW) dengan masyarakat 10 desa di Kabupaten Bintan.
 
 Sumantri terlihat profesional karena berkas itu  tertata dan tersusun rapi. Seperti dokumen surat laporan ke BPN dan kopian kliping koran yang diperlihatkan ke Tribun-Bintan News. Berhasilkah perjuangan bapak Sumantri ini, sepertinya belum, namun dirinya tempat mengadu masyarakat agar bisa perjuangkannya.

Gigihnya bapak satu anak dan empat cucu ini, mulai mendatangi intansi-instasi terkait, baik di Kepri maupun ke Pusat. Baik mengirimkan surat ke pemerintah daerah sampai mengirim ke Presiden. 

Dengan latar itulah, diapun kembali ditunjuk menjadi juru bicara untuk sengketa lahan tidur di Kawasan Senggarang dengan luas mencapai 290 hektar, antara PT. Yakin Perkasa Propertama (YPP) dengan warga tempatan di Senggarang. 

Panjang lebar menceritakan masalah sengketa lahan di Kepri ini. Mulai siapa semestinya pemilik, dan siapa ‎yang bermain, bisa diketahuinya. Namun, bagi Tribun-Bnews bukan masalah sengketa lahan yang menarik. Tetapi kehidupan muda Sumantri yang perlu diketahui masyarakat umum.

Kepiawaiannya menyusun data-data terinci ini, ternyata pengalaman dia sebagai intelijen mliter yang terlibat langsung dalam ‎ perang ke Irian Jaya, serta konfrontasi ke Singapura yang diduduki militer Inggris. 

" Waktu di Irian Barat dulu, bisa dikatakan kami siap mati. Bayangkan, meriam Belanda itu, besarnya minta ampun, kena kapal langsung tenggelam. Waktu itu, pasukan Dari KRI Macan tenggelam, Presiden telah meminta bantuan Rusia, dan mengirimkan sejumlah kapal selamnya. ‎Kalau kapal kita udah pada hancur, dan yang berjuang itu, angkatan laut, angkatan darat dan Pelni. Sasarannya, menghancurkan meriam Belanda di darat, dengan melumpuhkan orang-orang asli Irian dulu, baru bisa menguasai tepi laut, pasukan merapat,"papar Sumantri, Kamis (27/2) di Kantor Tribun-Bintan News Tanjungpinang.

Besarnya meriam itu, membuat kapal dengan jarak jauh sekali bisa langsung meledak. "Ditembakan di Tanjungpinang ini, meledaknya bisa di Pulau Batam sana. Saking jauh dan besarnya peluru meriam itu,‎" ungkap Sumantri membayangkan.

Sumantri sendiri kini tinggal di Griya Senggarang Kota Tanjungpinang. Pangkat terakhirnya Kopral Komando dari satuan KKO TNI AL di Batalion Amphibi.‎ Masuk militer di Surabaya, karena asli Gunung Sahari Surabaya. Sumantri tinggal di Kepri, semenjak selesai massa Konfrontasi Indonesia ke Singapura saat ini. 

Ditambahkan Sumantri, waktu pasukan Nica Belanda mundur, setelah mengetahui 6 kapal selam Rusia telah mengepung basis tentara Inggris.  Jelas, waktu itu campur tangan negara lain selain Rusia juga ada. Sukses itu akhirnya Presiden Soekarno Datang ke Irian Barat.

" Waktu Presiden datang, malamnya petinggi militer dan presiden  berdansa. Saya ingat lagunya Terang Bulan. Saya waktu itu, berjaga tidak jauh dari acara. Waktu itu juga, Soekarno dihadapan pasukan ‎ berkata, Setelah ini Kita Ganyang Malaysia," ungkap Sumantri,yang langsung menyatakan dirinya langsung siap mendaftar ke Malaysia.

Sebagai prajurit strategi dan intelijen, Sumantri mengetahui dan hingga saat ini menyimpan data dokumen rahasia strategi militer waktu itu. 

" Irian Barat itu perang terbuka, banyak korban kita. Kami dijelaskan, Indonesia dikepung Inggris dari berbagi sudut, ada Australia, Brunei, Singapura, Malaysia dan Philipina. Posisi strategis Inggris adalah di Irian Barat dan di Singapura. Oleh itu, Presiden Soekarno mengutamakan Irian dulu baru Singapura. Ditambah, Soekarno mendapat dukungan Presiden Amerika John F Kennedy dan pasukan Rusia," ungkap Sumantri.

Entah ada hubungan atau tidak, Tewasnya Presiden AS John Kennedy, tidak berapa lama setelah dia menyatakan ke Inggris agar mundur dari Irian Barat. Terjadilah penembakan presiden.

"Presiden kita berkawan dengan John Kennedy waktu itu. Apakah ada kaitannya, sehingga perintah itu berujung pada kematian John Kennedy," ujar Sumantri.

‎Iseng pertanyaan dilontarkan Tribun, seputar berapa uang saku diberikan pemerintah kepada seluruh pasukan yang berjuang ke Irian Barat. Sumantri tersenyum, dan minta Off Dercord. 

" Off derecord ya masalah uang saku. Tapi, untuk kebutuhan hidup seperti beras sepulang Irian, pasukan tidak habis-habislah," Sumantri tersenyum.

Bagi Sumantri, melihat perjuangan dia dan tentara lain serta relawan di Irian, bagian penting Indonesia, dan memperlihatkan kedaulatan negara ini. Walau, isu utamanya adalah Politik kekuasaan dunia Internasional. 

Sumantri  mengaku sebagai tentara waktu itu karena Kedaulatan Indonesia. Tidak peduli situasi politik tingkat atas waktu itu. Tapi, jika melihat negara-negara tetangga di Indonesia hari ini, Sumantri berpendapat kalau Inggris memang hebat. Tapi, Presiden Soekarno adalah Presiden seumur hidup yang paling hebat. Sayang beliau dibuat tak bisa bicara hingga wafat.(dedy suwadha/ bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger