-- Purn Kopral KKO Sumantri Terus Berjuang Hingga Kini (Tulisan 1)
Namanya Soemantri atau Indonesiannya
Sumantri, usia saat ini 70 tahun lebih. Postur tubuh tinggi kurus,
namun masih terlihat gaya militernya. Mengenakan topi loreng lusuh,
berjaket Jean biru muda, Sumantri datang ke sejumlah media di
Tanjungpinang.
Dikalangan
wartawan, sosoknya diketahui sebagai orang tua purnawirawan TNI yang
selalu membawa setumpuk berkas dan surat laporan, terkait masalah lahan
di Kota Tanjungpinang dan di Kabupaten Bintan. Bapak ini dipercaya
sejumlah masyarakat untuk ikut membantu mengurus lahan tanah, yang saat
ini tanah-tanah masyarakat sudah dikuasai orang-orang berduit dari Pulau
Jawa dan orang kaya di Kepri.
Luas
tanah itu mencapai ribuan hektar. Seperti hasil pemberitaan hasil
klipingnya, pada kasus tanah melibatkan PT Buana Mega Wisata (BMW)
dengan masyarakat 10 desa di Kabupaten Bintan.
Sumantri
terlihat profesional karena berkas itu tertata dan tersusun rapi.
Seperti dokumen surat laporan ke BPN dan kopian kliping koran yang
diperlihatkan ke Tribun-Bintan News. Berhasilkah perjuangan bapak
Sumantri ini, sepertinya belum, namun dirinya tempat mengadu masyarakat
agar bisa perjuangkannya.
Gigihnya
bapak satu anak dan empat cucu ini, mulai mendatangi intansi-instasi
terkait, baik di Kepri maupun ke Pusat. Baik mengirimkan surat ke
pemerintah daerah sampai mengirim ke Presiden.
Dengan
latar itulah, diapun kembali ditunjuk menjadi juru bicara untuk
sengketa lahan tidur di Kawasan Senggarang dengan luas mencapai 290
hektar, antara PT. Yakin Perkasa Propertama (YPP) dengan warga tempatan
di Senggarang.
Panjang lebar menceritakan masalah sengketa lahan di Kepri ini. Mulai siapa semestinya pemilik, dan siapa yang bermain, bisa diketahuinya. Namun, bagi Tribun-Bnews bukan masalah sengketa lahan yang menarik. Tetapi kehidupan muda Sumantri yang perlu diketahui masyarakat umum.
Kepiawaiannya
menyusun data-data terinci ini, ternyata pengalaman dia sebagai
intelijen mliter yang terlibat langsung dalam perang ke Irian Jaya,
serta konfrontasi ke Singapura yang diduduki militer Inggris.
"
Waktu di Irian Barat dulu, bisa dikatakan kami siap mati. Bayangkan,
meriam Belanda itu, besarnya minta ampun, kena kapal langsung tenggelam.
Waktu itu, pasukan Dari KRI Macan tenggelam, Presiden telah meminta
bantuan Rusia, dan mengirimkan sejumlah kapal selamnya. Kalau kapal
kita udah pada hancur, dan yang berjuang itu, angkatan laut, angkatan
darat dan Pelni. Sasarannya, menghancurkan meriam Belanda di darat,
dengan melumpuhkan orang-orang asli Irian dulu, baru bisa menguasai tepi
laut, pasukan merapat,"papar Sumantri, Kamis (27/2) di Kantor
Tribun-Bintan News Tanjungpinang.
Besarnya
meriam itu, membuat kapal dengan jarak jauh sekali bisa langsung
meledak. "Ditembakan di Tanjungpinang ini, meledaknya bisa di Pulau
Batam sana. Saking jauh dan besarnya peluru meriam itu," ungkap
Sumantri membayangkan.
Sumantri sendiri kini
tinggal di Griya Senggarang Kota Tanjungpinang. Pangkat terakhirnya
Kopral Komando dari satuan KKO TNI AL di Batalion Amphibi. Masuk
militer di Surabaya, karena asli Gunung Sahari Surabaya. Sumantri
tinggal di Kepri, semenjak selesai massa Konfrontasi Indonesia ke
Singapura saat ini.
Ditambahkan Sumantri,
waktu pasukan Nica Belanda mundur, setelah mengetahui 6 kapal selam Rusia
telah mengepung basis tentara Inggris. Jelas, waktu itu campur tangan
negara lain selain Rusia juga ada. Sukses itu akhirnya Presiden Soekarno
Datang ke Irian Barat.
" Waktu Presiden
datang, malamnya petinggi militer dan presiden berdansa. Saya ingat
lagunya Terang Bulan. Saya waktu itu, berjaga tidak jauh dari acara.
Waktu itu juga, Soekarno dihadapan pasukan berkata, Setelah ini Kita
Ganyang Malaysia," ungkap Sumantri,yang langsung menyatakan dirinya
langsung siap mendaftar ke Malaysia.
Sebagai
prajurit strategi dan intelijen, Sumantri mengetahui dan hingga saat ini
menyimpan data dokumen rahasia strategi militer waktu itu.
"
Irian Barat itu perang terbuka, banyak korban kita. Kami dijelaskan,
Indonesia dikepung Inggris dari berbagi sudut, ada Australia, Brunei,
Singapura, Malaysia dan Philipina. Posisi strategis Inggris adalah di
Irian Barat dan di Singapura. Oleh itu, Presiden Soekarno mengutamakan
Irian dulu baru Singapura. Ditambah, Soekarno mendapat dukungan Presiden
Amerika John F Kennedy dan pasukan Rusia," ungkap Sumantri.
Entah
ada hubungan atau tidak, Tewasnya Presiden AS John Kennedy, tidak
berapa lama setelah dia menyatakan ke Inggris agar mundur dari Irian
Barat. Terjadilah penembakan presiden.
"Presiden
kita berkawan dengan John Kennedy waktu itu. Apakah ada kaitannya,
sehingga perintah itu berujung pada kematian John Kennedy," ujar
Sumantri.
Iseng pertanyaan dilontarkan Tribun,
seputar berapa uang saku diberikan pemerintah kepada seluruh pasukan
yang berjuang ke Irian Barat. Sumantri tersenyum, dan minta Off
Dercord.
"
Off derecord ya masalah uang saku. Tapi, untuk kebutuhan hidup seperti
beras sepulang Irian, pasukan tidak habis-habislah," Sumantri tersenyum.
Bagi
Sumantri, melihat perjuangan dia dan tentara lain serta relawan di
Irian, bagian penting Indonesia, dan memperlihatkan kedaulatan negara
ini. Walau, isu utamanya adalah Politik kekuasaan dunia Internasional.
Sumantri
mengaku sebagai tentara waktu itu karena Kedaulatan Indonesia. Tidak
peduli situasi politik tingkat atas waktu itu. Tapi, jika melihat
negara-negara tetangga di Indonesia hari ini, Sumantri berpendapat kalau
Inggris memang hebat. Tapi, Presiden Soekarno adalah Presiden seumur
hidup yang paling hebat. Sayang beliau dibuat tak bisa bicara hingga
wafat.(dedy suwadha/ bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar