Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 06 Januari 2014

"Kambing Hitam" Politik Gas


Jelang mau tidur, Berita Gas.. Bangun tidur, masalah gas.. Jelang Siang hingga Sore, presiden bahas gas..Setelah Magrib, masalah gas kembali hangat.. 


Kesimpulan sementara, masalah gas kali ini lebih berat, karena presidenpun ngomong, dan Gas jadi Komoditas Politik.

Siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan. Siapa yang jadi kambing hitamnya, dan siapa yang jadi pahlawan? Menurut Anda Siapa?

Jelang Minggu sore, masalah gas akhir terjawab usai pertemuan antara SBY dan bawahannya di Halim. Ada pemandangan: Menteri BUMN terlihat kesal dihadapan wartawan, dan terpaksa ditenangkan oleh Menko Hatta. Dan saya melihat cuplikan itu berulang kali di Metro TV.

Reveiw Dulu..

Kenaikan Gas Elpiji mencapai Rp 145 ribu sampai Rp 165 ribu, awal tahun 2014 sebenarnya tidak akan seribut saat ini, Jika Pertamina sebelum tahun baru telah memasokan gas elpiji merata di warung-warung.

Langkah sederhana sebenarnya, tapi itu tidak dilakukan. Pertanyaannya, apakah disegaja atau kelalaian manajemen Pertamina.

Gas mulai menghilang terasa sejak Minggu, 29 Desember 2013, dua hari sebelum tahun baru. Keluhan langka gas adalah pedagang makanan kaki lima.

Mereka rata-rata menggunakan 2-3 tabung gas 3 kilo sehari. Keresahan para pedagang disambut dan diramaikan lagi dengan pusingnya ibu-ibu rumah tangga mencari .

Teriakan Pedagang dan Ibu-ibu ini diblow up habis-habisan oleh siapapun dan jelas konsumsi media.

Karena menjadi tanding topic disejumlah media, akhirnya Presiden SBY mengumpulkan sejumlah Menterinya rapat hari ini di Bandara Halim Jakarta.

Padahal Para Menteri pada sibuk menghibur diri di luar Ibu Kota Jakarta. Al hasil, Majikan memanggil, dan tentu pembantunya berdatangan. Tak peduli pembantunya lagi sedang acara apa.

Presiden pun menyayangkan kenaikan harga gas ini. Ibaratnya Presiden ikut merasakan keresahan pedagang dan ibu-ibu di negeri ini.

Merasa resah saja, tentulah hambar kalau tidak ada aksinya. Dan kembali belum ada putusan nyata dari pemerintah, pasti apakah kembali turun atau bagaimannya.

Dan, presiden mengembalikan ke Pertamina dan Menteri BUMN. Kesimpulan akhirnya, Dahlan Iskan mengaku salah. Sepintas saya lihat dan dengar di Metro TV itu,

"Dari seluruh isi rumah, saya yang salah," kata Dahlan menghempas pintu mobilnya berdiri dan berjalan meninggalkan wartawan yang dirangkul Menko Hatta.

Dalam pandangan saya, sang Menteri seakan-akan jadi Kambing Hitamnya. Kesal kayaknya.. tapi saya nilai resiko dari Jabatan dan popularitas.

Benar juga pendapat sejumlah pakar politik dan ekonomi. Kenapa kenaikan ini tidak disosialisasikan lebih awal. Kenapa tiba-tiba partai politik membahas hingga saling konfrensi pers menyayangkan kebijakan Pertamina ini. Suhu perpolitikan mulai memanas, roda partai mulai diputar, dan sepertinya akan terus dimainkan.

Bagi masyarakat umum, masalah gas tidak lebih dari urusan perut. Bagi saya, ini bukan saja urusan perut, tapi ada rahasia panjang jelang pemilu 2014. 


Kalau dilihat dari alur berita, malam tahun baru penumpasan teroris, disusul masalah gas. Ini akan bersambung. Perkiraan saya, masalah suku bunga, masalah perumahan, masalah pajak, masalah sembako, dan itu hal yang jadi perhatian masyarakat.

Tentu masalah keamanan dan hukum akan tetap dimainkan. Pertanyaannya, siapkah Anda menghadapi? Semoga Anda Bijak dan Berpikirlah sebelum memutuskan. (dedy suwadha/5 Januari 2014 )

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 06 Januari 2014

"Kambing Hitam" Politik Gas


Jelang mau tidur, Berita Gas.. Bangun tidur, masalah gas.. Jelang Siang hingga Sore, presiden bahas gas..Setelah Magrib, masalah gas kembali hangat.. 


Kesimpulan sementara, masalah gas kali ini lebih berat, karena presidenpun ngomong, dan Gas jadi Komoditas Politik.

Siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan. Siapa yang jadi kambing hitamnya, dan siapa yang jadi pahlawan? Menurut Anda Siapa?

Jelang Minggu sore, masalah gas akhir terjawab usai pertemuan antara SBY dan bawahannya di Halim. Ada pemandangan: Menteri BUMN terlihat kesal dihadapan wartawan, dan terpaksa ditenangkan oleh Menko Hatta. Dan saya melihat cuplikan itu berulang kali di Metro TV.

Reveiw Dulu..

Kenaikan Gas Elpiji mencapai Rp 145 ribu sampai Rp 165 ribu, awal tahun 2014 sebenarnya tidak akan seribut saat ini, Jika Pertamina sebelum tahun baru telah memasokan gas elpiji merata di warung-warung.

Langkah sederhana sebenarnya, tapi itu tidak dilakukan. Pertanyaannya, apakah disegaja atau kelalaian manajemen Pertamina.

Gas mulai menghilang terasa sejak Minggu, 29 Desember 2013, dua hari sebelum tahun baru. Keluhan langka gas adalah pedagang makanan kaki lima.

Mereka rata-rata menggunakan 2-3 tabung gas 3 kilo sehari. Keresahan para pedagang disambut dan diramaikan lagi dengan pusingnya ibu-ibu rumah tangga mencari .

Teriakan Pedagang dan Ibu-ibu ini diblow up habis-habisan oleh siapapun dan jelas konsumsi media.

Karena menjadi tanding topic disejumlah media, akhirnya Presiden SBY mengumpulkan sejumlah Menterinya rapat hari ini di Bandara Halim Jakarta.

Padahal Para Menteri pada sibuk menghibur diri di luar Ibu Kota Jakarta. Al hasil, Majikan memanggil, dan tentu pembantunya berdatangan. Tak peduli pembantunya lagi sedang acara apa.

Presiden pun menyayangkan kenaikan harga gas ini. Ibaratnya Presiden ikut merasakan keresahan pedagang dan ibu-ibu di negeri ini.

Merasa resah saja, tentulah hambar kalau tidak ada aksinya. Dan kembali belum ada putusan nyata dari pemerintah, pasti apakah kembali turun atau bagaimannya.

Dan, presiden mengembalikan ke Pertamina dan Menteri BUMN. Kesimpulan akhirnya, Dahlan Iskan mengaku salah. Sepintas saya lihat dan dengar di Metro TV itu,

"Dari seluruh isi rumah, saya yang salah," kata Dahlan menghempas pintu mobilnya berdiri dan berjalan meninggalkan wartawan yang dirangkul Menko Hatta.

Dalam pandangan saya, sang Menteri seakan-akan jadi Kambing Hitamnya. Kesal kayaknya.. tapi saya nilai resiko dari Jabatan dan popularitas.

Benar juga pendapat sejumlah pakar politik dan ekonomi. Kenapa kenaikan ini tidak disosialisasikan lebih awal. Kenapa tiba-tiba partai politik membahas hingga saling konfrensi pers menyayangkan kebijakan Pertamina ini. Suhu perpolitikan mulai memanas, roda partai mulai diputar, dan sepertinya akan terus dimainkan.

Bagi masyarakat umum, masalah gas tidak lebih dari urusan perut. Bagi saya, ini bukan saja urusan perut, tapi ada rahasia panjang jelang pemilu 2014. 


Kalau dilihat dari alur berita, malam tahun baru penumpasan teroris, disusul masalah gas. Ini akan bersambung. Perkiraan saya, masalah suku bunga, masalah perumahan, masalah pajak, masalah sembako, dan itu hal yang jadi perhatian masyarakat.

Tentu masalah keamanan dan hukum akan tetap dimainkan. Pertanyaannya, siapkah Anda menghadapi? Semoga Anda Bijak dan Berpikirlah sebelum memutuskan. (dedy suwadha/5 Januari 2014 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger