skip to main |
skip to sidebar
"Kambing Hitam" Politik Gas
Jelang mau tidur, Berita Gas.. Bangun tidur, masalah gas.. Jelang Siang hingga Sore, presiden bahas gas..Setelah Magrib, masalah gas kembali hangat..
Kesimpulan sementara, masalah gas kali ini lebih berat, karena presidenpun ngomong, dan Gas jadi Komoditas Politik.
Siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan. Siapa yang jadi kambing hitamnya, dan siapa yang jadi pahlawan? Menurut Anda Siapa?
Jelang Minggu sore, masalah gas akhir terjawab usai pertemuan antara
SBY dan bawahannya di Halim. Ada pemandangan: Menteri BUMN terlihat
kesal dihadapan wartawan, dan terpaksa ditenangkan oleh Menko Hatta. Dan
saya melihat cuplikan itu berulang kali di Metro TV.
Reveiw Dulu..
Kenaikan Gas Elpiji mencapai Rp 145 ribu sampai Rp 165 ribu, awal tahun
2014 sebenarnya tidak akan seribut saat ini, Jika Pertamina sebelum
tahun baru telah memasokan gas elpiji merata di warung-warung.
Langkah sederhana sebenarnya, tapi itu tidak dilakukan. Pertanyaannya, apakah disegaja atau kelalaian manajemen Pertamina.
Gas mulai menghilang terasa sejak Minggu, 29 Desember 2013, dua hari
sebelum tahun baru. Keluhan langka gas adalah pedagang makanan kaki
lima.
Mereka rata-rata menggunakan 2-3 tabung gas 3 kilo
sehari. Keresahan para pedagang disambut dan diramaikan lagi dengan
pusingnya ibu-ibu rumah tangga mencari .
Teriakan Pedagang dan Ibu-ibu ini diblow up habis-habisan oleh siapapun dan jelas konsumsi media.
Karena menjadi tanding topic disejumlah media, akhirnya Presiden SBY
mengumpulkan sejumlah Menterinya rapat hari ini di Bandara Halim
Jakarta.
Padahal Para Menteri pada sibuk menghibur diri di luar
Ibu Kota Jakarta. Al hasil, Majikan memanggil, dan tentu pembantunya
berdatangan. Tak peduli pembantunya lagi sedang acara apa.
Presiden pun menyayangkan kenaikan harga gas ini. Ibaratnya Presiden
ikut merasakan keresahan pedagang dan ibu-ibu di negeri ini.
Merasa resah saja, tentulah hambar kalau tidak ada aksinya. Dan kembali
belum ada putusan nyata dari pemerintah, pasti apakah kembali turun atau
bagaimannya.
Dan, presiden mengembalikan ke Pertamina dan
Menteri BUMN. Kesimpulan akhirnya, Dahlan Iskan mengaku salah. Sepintas
saya lihat dan dengar di Metro TV itu,
"Dari seluruh isi
rumah, saya yang salah," kata Dahlan menghempas pintu mobilnya berdiri
dan berjalan meninggalkan wartawan yang dirangkul Menko Hatta.
Dalam pandangan saya, sang Menteri seakan-akan jadi Kambing Hitamnya.
Kesal kayaknya.. tapi saya nilai resiko dari Jabatan dan popularitas.
Benar juga pendapat sejumlah pakar politik dan ekonomi. Kenapa kenaikan
ini tidak disosialisasikan lebih awal. Kenapa tiba-tiba partai politik
membahas hingga saling konfrensi pers menyayangkan kebijakan Pertamina
ini. Suhu perpolitikan mulai memanas, roda partai mulai diputar, dan
sepertinya akan terus dimainkan.
Bagi masyarakat umum, masalah
gas tidak lebih dari urusan perut. Bagi saya, ini bukan saja urusan
perut, tapi ada rahasia panjang jelang pemilu 2014.
Kalau dilihat dari alur berita, malam tahun baru penumpasan teroris, disusul masalah gas. Ini akan bersambung. Perkiraan saya, masalah suku bunga, masalah
perumahan, masalah pajak, masalah sembako, dan itu hal yang jadi
perhatian masyarakat.
Tentu masalah keamanan dan hukum akan
tetap dimainkan. Pertanyaannya, siapkah Anda menghadapi? Semoga Anda
Bijak dan Berpikirlah sebelum memutuskan. (dedy suwadha/5 Januari 2014 )
"Kambing Hitam" Politik Gas
Jelang mau tidur, Berita Gas.. Bangun tidur, masalah gas.. Jelang Siang hingga Sore, presiden bahas gas..Setelah Magrib, masalah gas kembali hangat..
Kesimpulan sementara, masalah gas kali ini lebih berat, karena presidenpun ngomong, dan Gas jadi Komoditas Politik.
Siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan. Siapa yang jadi kambing hitamnya, dan siapa yang jadi pahlawan? Menurut Anda Siapa?
Jelang Minggu sore, masalah gas akhir terjawab usai pertemuan antara
SBY dan bawahannya di Halim. Ada pemandangan: Menteri BUMN terlihat
kesal dihadapan wartawan, dan terpaksa ditenangkan oleh Menko Hatta. Dan
saya melihat cuplikan itu berulang kali di Metro TV.
Reveiw Dulu..
Kenaikan Gas Elpiji mencapai Rp 145 ribu sampai Rp 165 ribu, awal tahun
2014 sebenarnya tidak akan seribut saat ini, Jika Pertamina sebelum
tahun baru telah memasokan gas elpiji merata di warung-warung.
Langkah sederhana sebenarnya, tapi itu tidak dilakukan. Pertanyaannya, apakah disegaja atau kelalaian manajemen Pertamina.
Gas mulai menghilang terasa sejak Minggu, 29 Desember 2013, dua hari
sebelum tahun baru. Keluhan langka gas adalah pedagang makanan kaki
lima.
Mereka rata-rata menggunakan 2-3 tabung gas 3 kilo
sehari. Keresahan para pedagang disambut dan diramaikan lagi dengan
pusingnya ibu-ibu rumah tangga mencari .
Teriakan Pedagang dan Ibu-ibu ini diblow up habis-habisan oleh siapapun dan jelas konsumsi media.
Karena menjadi tanding topic disejumlah media, akhirnya Presiden SBY
mengumpulkan sejumlah Menterinya rapat hari ini di Bandara Halim
Jakarta.
Padahal Para Menteri pada sibuk menghibur diri di luar
Ibu Kota Jakarta. Al hasil, Majikan memanggil, dan tentu pembantunya
berdatangan. Tak peduli pembantunya lagi sedang acara apa.
Presiden pun menyayangkan kenaikan harga gas ini. Ibaratnya Presiden
ikut merasakan keresahan pedagang dan ibu-ibu di negeri ini.
Merasa resah saja, tentulah hambar kalau tidak ada aksinya. Dan kembali
belum ada putusan nyata dari pemerintah, pasti apakah kembali turun atau
bagaimannya.
Dan, presiden mengembalikan ke Pertamina dan
Menteri BUMN. Kesimpulan akhirnya, Dahlan Iskan mengaku salah. Sepintas
saya lihat dan dengar di Metro TV itu,
"Dari seluruh isi
rumah, saya yang salah," kata Dahlan menghempas pintu mobilnya berdiri
dan berjalan meninggalkan wartawan yang dirangkul Menko Hatta.
Dalam pandangan saya, sang Menteri seakan-akan jadi Kambing Hitamnya.
Kesal kayaknya.. tapi saya nilai resiko dari Jabatan dan popularitas.
Benar juga pendapat sejumlah pakar politik dan ekonomi. Kenapa kenaikan
ini tidak disosialisasikan lebih awal. Kenapa tiba-tiba partai politik
membahas hingga saling konfrensi pers menyayangkan kebijakan Pertamina
ini. Suhu perpolitikan mulai memanas, roda partai mulai diputar, dan
sepertinya akan terus dimainkan.
Bagi masyarakat umum, masalah
gas tidak lebih dari urusan perut. Bagi saya, ini bukan saja urusan
perut, tapi ada rahasia panjang jelang pemilu 2014.
Kalau dilihat dari alur berita, malam tahun baru penumpasan teroris, disusul masalah gas. Ini akan bersambung. Perkiraan saya, masalah suku bunga, masalah
perumahan, masalah pajak, masalah sembako, dan itu hal yang jadi
perhatian masyarakat.
Tentu masalah keamanan dan hukum akan
tetap dimainkan. Pertanyaannya, siapkah Anda menghadapi? Semoga Anda
Bijak dan Berpikirlah sebelum memutuskan. (dedy suwadha/5 Januari 2014 )
0 komentar:
Posting Komentar