skip to main |
skip to sidebar
Otak-otak "Setengah Jadi"
Bagi Saya, Sabtu adalah waktu Adventure dengan rute menyeberangi laut
dari Pulau Bintan ke Pulau Batam. Tepatnya dari pelabuhan Sribintan Pura
Tanjungpinang ke pelabuhan Telaga Punggur.
Hampir setiap Sabtu itu pula saya selalu mendengarkan suara bernada Bass Berat dari mulut seorang kakek yang belum saya kenal.
" Otak-Otak, Otak-Otaknya Pak, Buk, dek... dan berulang kali ditawarkan ke semua penumpang kapal,"
Gigih kelihatannya bapak yang selalu berbaju kerah putih lengan panjang
ini. Ditangan kiri sekantor plastik hitam kurang sedang, dan di tangan
kanan sebungkus kecil otak-otak ditawarkan ke calon pembeli.
Sedikit memelas, tapi suara besar bapak berbadan kurus ini terus
semangat. Bahkan penawaran dilakukan 2-3 kali ke satu penumpang yang
sejak awal menolak.
Bagi orang melayu, Otak-otak dapat
dimengerti apa itu. Namun bagi anda yang belum mengetahui, Otak-otak
adalah jenis makanan ringan khas Melayu Tanjungpinang. Rasanya pedas
manis, yang terbuat dari olahan ikan laut dicampur tepung.
Satu
kemasan otak-otak ini bisa dimakan enak dalam kondisi hangat. Artinya,
sebelum dijajakan otak-otak dibungkus dengan daun kelapa dan dibakar.
Bauk ikan jelas, enak, itu sesuai selera masing-masing. Tapi, yang nama
oleh-oleh baiknya ditawarkan dengan sajian menarik dan higienis.
Jika melihat kinerja bapak ini, semua awak kapal hingga pelabuhan jelas
mengenalnya. Dengan mudah dia naik turun kapal yang akan berangkat.
Secara marketing, jelas bapak ini punya pangsa pasar luas, dimana setiap kapal penuh isinya mencapai 200 orang penumpang.
Tapi, apakah bapak ini pernah didekati oleh pemerintah daerah, saya tidak tau, dan belum saya konfirmasi.
Jika seandainya, pemerintah memanfaatkan cara kerja bapak ini, maka
memberikan bantuan modal untuk membuat kotak kemasan alangkah baiknya.
Kota bermerk ukuran bisa 50 biji otak-otak, lengkap dengan promosi
wisata dan iklan di kotak itu, udah menjadi promosi kota dan wisata
secara langsung.
Dan, pandangan saya, usaha seperti ini bisa mengalahkan sistem pemasaran dari makanan kek pisang atau sejenisnya di Batam.
Saran saya, mendingan pedangan seperti ini di modali baju seragam, dan dimodali usaha home industrinya. Dari pada, menyalurkan modal UMKM ke pihak yang sejauh ini kinerja
pemerintah daerah tidak terlihat. Kita mengetahui dana UMKM itu capai belasan Miliar
Rupiah telah salurkan. Semoga saja tidak salah sasaran. Kalau tidak bisa
panjang urusannya.
Oh iya, harga sebungkus otak-otak yang
ditawarkan bapak ini Rp30 ribu, isinya bisa 25 buah. Jika dikelola
dengan terarah, harga ini bisa saja lebih mahal, biar mahal kalau
kemasan sangat bagus, dan menarik, pasti akan ada tertarik. Dari pada
dipasarkan setengah jadi. (dedy suwadha/4 Januari 2014)
Otak-otak "Setengah Jadi"
Bagi Saya, Sabtu adalah waktu Adventure dengan rute menyeberangi laut
dari Pulau Bintan ke Pulau Batam. Tepatnya dari pelabuhan Sribintan Pura
Tanjungpinang ke pelabuhan Telaga Punggur.
Hampir setiap Sabtu itu pula saya selalu mendengarkan suara bernada Bass Berat dari mulut seorang kakek yang belum saya kenal.
" Otak-Otak, Otak-Otaknya Pak, Buk, dek... dan berulang kali ditawarkan ke semua penumpang kapal,"
Gigih kelihatannya bapak yang selalu berbaju kerah putih lengan panjang
ini. Ditangan kiri sekantor plastik hitam kurang sedang, dan di tangan
kanan sebungkus kecil otak-otak ditawarkan ke calon pembeli.
Sedikit memelas, tapi suara besar bapak berbadan kurus ini terus
semangat. Bahkan penawaran dilakukan 2-3 kali ke satu penumpang yang
sejak awal menolak.
Bagi orang melayu, Otak-otak dapat
dimengerti apa itu. Namun bagi anda yang belum mengetahui, Otak-otak
adalah jenis makanan ringan khas Melayu Tanjungpinang. Rasanya pedas
manis, yang terbuat dari olahan ikan laut dicampur tepung.
Satu
kemasan otak-otak ini bisa dimakan enak dalam kondisi hangat. Artinya,
sebelum dijajakan otak-otak dibungkus dengan daun kelapa dan dibakar.
Bauk ikan jelas, enak, itu sesuai selera masing-masing. Tapi, yang nama
oleh-oleh baiknya ditawarkan dengan sajian menarik dan higienis.
Jika melihat kinerja bapak ini, semua awak kapal hingga pelabuhan jelas
mengenalnya. Dengan mudah dia naik turun kapal yang akan berangkat.
Secara marketing, jelas bapak ini punya pangsa pasar luas, dimana setiap kapal penuh isinya mencapai 200 orang penumpang.
Tapi, apakah bapak ini pernah didekati oleh pemerintah daerah, saya tidak tau, dan belum saya konfirmasi.
Jika seandainya, pemerintah memanfaatkan cara kerja bapak ini, maka
memberikan bantuan modal untuk membuat kotak kemasan alangkah baiknya.
Kota bermerk ukuran bisa 50 biji otak-otak, lengkap dengan promosi
wisata dan iklan di kotak itu, udah menjadi promosi kota dan wisata
secara langsung.
Dan, pandangan saya, usaha seperti ini bisa mengalahkan sistem pemasaran dari makanan kek pisang atau sejenisnya di Batam.
Saran saya, mendingan pedangan seperti ini di modali baju seragam, dan dimodali usaha home industrinya. Dari pada, menyalurkan modal UMKM ke pihak yang sejauh ini kinerja
pemerintah daerah tidak terlihat. Kita mengetahui dana UMKM itu capai belasan Miliar
Rupiah telah salurkan. Semoga saja tidak salah sasaran. Kalau tidak bisa
panjang urusannya.
Oh iya, harga sebungkus otak-otak yang
ditawarkan bapak ini Rp30 ribu, isinya bisa 25 buah. Jika dikelola
dengan terarah, harga ini bisa saja lebih mahal, biar mahal kalau
kemasan sangat bagus, dan menarik, pasti akan ada tertarik. Dari pada
dipasarkan setengah jadi. (dedy suwadha/4 Januari 2014)
0 komentar:
Posting Komentar