Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 06 Februari 2014

Gong Xi Fa Cai "Dibalut" Duka Sinabung‎


Banjir sudah berlalu hamir 3 minggu, namun sakitnya bajir masih terasa sampai saat ini. Terutama di daerah Pulau Jawa. Sedangkan, perayaan Imlek ‎juga sudah berlalu beberapa hari lalu, tapi suasanannya masih terasa dimana-mana.

Lalu, diselang antara Banjir di Jawa dan perayan imlek, terjadi letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Korban pun berjatuhan, siapa aja, kan udah ada beritanya. Tinggal googling aja ya. 

Ketika di Jawa musim hujan, di sini pulau Kepri Januari dan Februari ini waktunya musim kemarau. Panas terik, dan menyakitkan kepala.

Suatu keadaan yang didambakan orang-orang di Jawa saat ini, yaitu berhentilah hujan. Sedangkan di Pulau Kepri, turunlah hujan.

Dari pengalaman saya yang lama bertugas liputan di Bandara dan sering main ke Kantor BMG yang kini berganti nama Badan Meteorologi Krimatologi Geofisika, saya diajarkan membaca arah agin, titik satelit, arah perputaran angin topan dan titik kebakaran dan kemarau.

Hampir setiap minggu saya datang ke kantor itu, apalagi kalau tidak ada berita, maka saya ngadem di ruang komputer milik negara ini. Satu kata makasi atas ilmunya.

Dalam siklus cuaca, Imlek musimnya cuaca ekstrim. Imlek identik dengan musim Angin Utara. Dimana terjadi titik tekanan rendah di Pulau Jawa. Sebaliknya, titik angin teringgi berada di Samudera Cina.

Sama seperti air, angin juga mencari titik rendahnya. Hanya saja, dorongan angin ini disertai awan Comulonimbus, alias awan hujan.

Pada kondisi ini, Perairan di Kepri, terlihat sebagai alur jalan tol angin yang datang dari arah Pulau Sumatera, Malaysia dan Perairan Natuna. 

Tiga arah angin datang ini berkumpul jadi satu sebelum di teruskan ke arah Lingga- Bangka dan berkumpul di Pulau Jawa.

Angin kencang ini, otomatis tidak akan mampu menciptakan awan hujan di Kepri. Kondisi ini membuat awan di langit Kepri menghilang karena terbawa ke Pulau Jawa. 

Intinya, menguapnya air ke langit ditampung diawan, dan awan hujan ini dikirim ke Jawa. Hasilnya, ya mendung bertubi-tubi dan hujan lah Pulau Jawa. ‎
Duka dan sumpah serapah mewarnai hati masyarakat di Jawa. Harapan Imlek di tahun Kuda Kayu tidak terlihat di Jawa. 

Imlek tahun ini juga membawa duka bagi warga Manado dan masyarakat di sekitar Gunung Sinabung Sumatera Utara.

Belasan jiwa manusia menjadi korban, dan itu telah menjadi takdir bagi mereka. Tidak ada peringatan mungkin, atau mereka yang ingin coba-coba keganasan alam.

Terkait banjir, memang diawali hujan deras, tapi masalahnya, apakah masyarakat sadar, dengan kebiasaan buruk buang sampah menyebabkan banjir.  

Atau di Sinabung, mungkin lelah dan tidak sabar dengan berbulan-bulan disiram abu gunung, akhirnya warga nekat mendekati gunung. 

Ok, mungkin ini rangkuman kejadian yang saya coba tuliskan di akhir Januari 2014 menyambut Februari 2014. (dedy suwadha / 7 Februari 2014)‎

0 komentar:

Posting Komentar

Kamis, 06 Februari 2014

Gong Xi Fa Cai "Dibalut" Duka Sinabung‎


Banjir sudah berlalu hamir 3 minggu, namun sakitnya bajir masih terasa sampai saat ini. Terutama di daerah Pulau Jawa. Sedangkan, perayaan Imlek ‎juga sudah berlalu beberapa hari lalu, tapi suasanannya masih terasa dimana-mana.

Lalu, diselang antara Banjir di Jawa dan perayan imlek, terjadi letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Korban pun berjatuhan, siapa aja, kan udah ada beritanya. Tinggal googling aja ya. 

Ketika di Jawa musim hujan, di sini pulau Kepri Januari dan Februari ini waktunya musim kemarau. Panas terik, dan menyakitkan kepala.

Suatu keadaan yang didambakan orang-orang di Jawa saat ini, yaitu berhentilah hujan. Sedangkan di Pulau Kepri, turunlah hujan.

Dari pengalaman saya yang lama bertugas liputan di Bandara dan sering main ke Kantor BMG yang kini berganti nama Badan Meteorologi Krimatologi Geofisika, saya diajarkan membaca arah agin, titik satelit, arah perputaran angin topan dan titik kebakaran dan kemarau.

Hampir setiap minggu saya datang ke kantor itu, apalagi kalau tidak ada berita, maka saya ngadem di ruang komputer milik negara ini. Satu kata makasi atas ilmunya.

Dalam siklus cuaca, Imlek musimnya cuaca ekstrim. Imlek identik dengan musim Angin Utara. Dimana terjadi titik tekanan rendah di Pulau Jawa. Sebaliknya, titik angin teringgi berada di Samudera Cina.

Sama seperti air, angin juga mencari titik rendahnya. Hanya saja, dorongan angin ini disertai awan Comulonimbus, alias awan hujan.

Pada kondisi ini, Perairan di Kepri, terlihat sebagai alur jalan tol angin yang datang dari arah Pulau Sumatera, Malaysia dan Perairan Natuna. 

Tiga arah angin datang ini berkumpul jadi satu sebelum di teruskan ke arah Lingga- Bangka dan berkumpul di Pulau Jawa.

Angin kencang ini, otomatis tidak akan mampu menciptakan awan hujan di Kepri. Kondisi ini membuat awan di langit Kepri menghilang karena terbawa ke Pulau Jawa. 

Intinya, menguapnya air ke langit ditampung diawan, dan awan hujan ini dikirim ke Jawa. Hasilnya, ya mendung bertubi-tubi dan hujan lah Pulau Jawa. ‎
Duka dan sumpah serapah mewarnai hati masyarakat di Jawa. Harapan Imlek di tahun Kuda Kayu tidak terlihat di Jawa. 

Imlek tahun ini juga membawa duka bagi warga Manado dan masyarakat di sekitar Gunung Sinabung Sumatera Utara.

Belasan jiwa manusia menjadi korban, dan itu telah menjadi takdir bagi mereka. Tidak ada peringatan mungkin, atau mereka yang ingin coba-coba keganasan alam.

Terkait banjir, memang diawali hujan deras, tapi masalahnya, apakah masyarakat sadar, dengan kebiasaan buruk buang sampah menyebabkan banjir.  

Atau di Sinabung, mungkin lelah dan tidak sabar dengan berbulan-bulan disiram abu gunung, akhirnya warga nekat mendekati gunung. 

Ok, mungkin ini rangkuman kejadian yang saya coba tuliskan di akhir Januari 2014 menyambut Februari 2014. (dedy suwadha / 7 Februari 2014)‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger