Berita Politik dan berita hukum lagi semangat-semangatnya di Ibu Kota. Entah apa ada dampaknya di daerah. Mungkin secara politik, tetap ada pengaruhnya, baik politik maupun kepemimpinan di negri ini. Seberapa besar? Hanya survey yang tahu.
Biar tidak larut, bagaimana kita melihat situasi politik di daerah sendiri, ambil contoh Provinsi Kepri, karena saya memang tinggal di Kepri.
Ada yang menjadi pertanyaan besar saya dengan kondisi perpolitikan di Kepri. Ya, sepertinya Gubernur Kepri dan Wakilnya sudah lama tidak duduk berdua dalam satu kegiatan.
Duduk berdua maksudnya, hadir memberikan pengarahan kepada bawahannya, dan itu saya rasakan sejak beberapa bulan terakhir. Maklum, saya selalu mendapat foto kiriman dari humas, kalau ada acara pemerintahan di Kepri ini.
Terbaru, Gubernur Kepri menggelar rapat besar seluruh SKPD nya di Gedung Daerah, Jumat (10/1). Wartawan diundang hadir menyaksikan. Hampir semua kepala dinas, dan badan hadir, cuma satu orang saja yang tidak hadir, yaitu Wakil Gubernur Kepri, Soeryo Respationo.
Dalam rapat itu, Gubernur Kepri HM Sani duduk ditengah didampingi Sekda Prov Robert dan Bapeda Kepri Nazarudin. (lihat foto)
Yang Taralah, eah yang biasanya kalau rapat bersama ini hadir lengkap, mulai gub, wagub dan sekda.
Kayaknya, wartawan lupa bertanya tuh. Apakah karena fokus pada kasus gugatan Istono dan Mustofa Widjaja dalam proses pemilihan Ketua BP Batam, atau memang tidak terpikirkan.
Okelah, kalau begitu. Tapi, saya penasaran saja, dan mencoba diskusi dengan teman, kenapa kondisi luput dari perhatian. Kenapa?
Isu yang beredar katanya, Wagub Kepri paska ribut-ribut di Tanjunguma tidak lagi berani datang ke Pulau Bintan, alias ke Ibukota Kepri di Tanjungpinang.
Paska demo di Tj Uma, pak Wagub Sakit, alasannya masuk diakal. Tapi, demo itu 3 bulan yang lalu, dan sekarang udah Januari tahun 2014. Kok tidak berani datang ke Tanjungpinang.
Beredar kabar, dan semoga aja tidak benar, ada sentimen negatif dari kelompok tertentu terhadap Politisi Partai PDI Perjuangan ini. Semoga saja tidak ya..
Kalau kita ibaratkan keluarga sejahtera, suami istri yang rukun akan membawa ketenangan bagi seisi rumah. Anak-anak bisa mengadukan masalahnya ke bapak atau ibunya.
Ibu yang berperan memberikan Nasehat serta memantau perkembangan anak-anaknya. Lalu kalau ada masalah rumit, baru dibicarakan ke bapak.
Sedangkan fungsi bapak, selain memberi arahan dan mengevaluasi kondisi keluarga, bisa lebih terarah. Bapakpun, harus bisa mencari nafkah bagi keluarga. Bertemu orang-orang untuk lobi sana-sini. Hasilnya, bisa dirasakan se isi rumah tangga.
Lalu, jika melihat fakta saat ini di pemerintahan Gubernur Kepri dan Wakilnya, maka saya menilai telah ada keretakan dalam rumah tangga.
Hmm, apa sudah terlontar Talak ke dua kali diantara Mereka ya.. Jadi penasaran. Kok talak yang ke dua, emang udah pernah talak pertama. Kalau dalam hukum pernikahan, talak dua itu pisah ranjang ya?..
Semoga saja, tidak cerai ya. Kalau terjadi, maka proses harta gono gini akan berujung panjang. Proses hukum dan saling mengadukan kejelekan dan keburukan dipertontonkan.
Merebut jadi hak anak atau hak asuh anak, berbarengan dengan klaim harta. Pertanyaannya, jika kondisi keluarga telah seperti itu, lalu anak-anak masih fokus atau tidak bekerja dan belajar. Akan terjadi dua kubu, yang satu tunduk ke bapak, dan satu lagi sayang ke ibu yang membesarkan.
Semoga saja analisa dan dugaan saya tidak tepat. Kalaupun terjadi, Anda sebagai masyarakat tidak perlu resah, biarkan saja terjadi. Namanya juga politik. Apalagi 2015 tahun pemilihan gubernur.
Satu yang penting, pastikan Anda tidak terkena dampaknya, kalau terkena, segeralah bersuara. Karena, kita masyarakat yang menggaji mereka. Merdeka. (dedy suwadha/11 januari 2014).
0 komentar:
Posting Komentar