Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 13 Januari 2014

Hujan, Musimnya Politisasi Banjir



Negeri ini banyak musim. Apalagi di tahu 2014 ini. Dimulai musim hujan, musim panas, musim buah-buahan, musim politik‎, musim banjir dan diakhiri musim proyek urusin banjir. Kalau di Jakarta, musim banjir rejeki bagi pemilik gerobak sampah. Sekali naik penumpang plus motor bayar 20 ribu.

Cuma yang jadi pertanyaan saudara saya di Jakarta, kenapa lokasi jalan yang digenangi air. Adalah lokasi yang sama dari tahun ke tahun.Upaya pemda bersihin jalan penyebab banjir sudah dilakukan.

"Selokan kayaknya tertutup, apa disegaja ditutup pakai sampah. Kayaknya sengaja, biar banjir lalu kita terpaksa nyewa gerobak mereka," kata saudara saye melalui BBM curiga.

Apakah ini proyek banjir, yang ditunggu-tunggu rakyat jelata seperti pemulung dan tukang sampah. Saya tidak tahu, namun jika benar maka cara mereka membantu dan mendapatkan uang seperti itu, halal atau tidak ya.

Kalau rakyat kecil saja berbuat curang, dengan alasan mencari sesuap nasi, bagaimana dengan mereka-mereka yang kebenaran dekat dengan pemimpin daerah masing-masing. Apakah mereka juga akan menunggu momen-momen musim hujan seperti saat ini. Jawabannya, Saya serahkan ke Anda!.

Yang saya tahu, dari total dana APBD tahunan, dana besar disalurkan ke bidang pendidikan sekitar 20 persen. Namun, dana terbanyak adalah serapan dana untuk dinas Pekerjaan Umum (PU).

Bahwa dana terbesar dari PU adalah membangun proyek-proyek fisik, dan pengembangan infrastruktur. Dan biasanya, proyek yang enak dan banyak untung adalah proyek mengurus banjir.Proyek-proyek ini biasanya nilai kecil dan sifatnya penunjukan langsung. Kecil tapi banyak lokasi, lumayan juga.

Pertanyaan  saya, siapa yang dengan mudah mendapatkannya? Mungkin saja keluarga pejabat terkait. Mungkin kolega parpol pemimpin daerah, mungkin tim sukses pemilihan. Mungkin dan mungkin.. saja, saya tidak tau, karena belum pernah main proyek pemerintahan. (Pengen juga nih)..

Bagi saya, sah saja jika memang proyek-proyek mengatasi banjir dilakukan oleh siapapun. Asal, peruntukan lokasi perbaikan titik banjir tepat sasaran. Tepat sasaran, karena adapula lokasi rumah kader tidak pernah banjir, lalu dipaksakan dibuat. Jika ada upaya seperti itu, maka kelakuan warga pemilik gerobak sampah dengan pengusaha dekat dengan pimpinan daerah hampir sama. Halalkah?

Terlepas dari dua kondisi diatas, masalah banjir yang menjadi perhatian nasional adalah masalah Banjir di Jakarta dan sekitarnya. Masalah banjir Jakarta, pintu masuk bagi lawan politik Gubernur Joko Widodo (Jokowi) untuk menghina, merendahkan, menjatuhkan kinerja sang Gubernur Kotak Kotak ini.

Fakta, terpilihnya Jokowi jadi Gubernur Jakarta, harapannya mampu memberantas dan menyelesaikan masalah banjir dan macet di Jakarta. Harapan bagi seluruh warga Ibukota yang memiliki mobil dan rumah mewah.  Sedangkan, bagi warga kelas bawah, banjir satu hal biasa dan seakan kegembiraan bagi mereka melihat warga kaya sengsara diatas kendaraanya. Satu hal ditakuti rakyat kelas bawah ini, cuma digusur.

Reaksi macet berjam-jam akibat banjir berbuah kata-kata manis mulai dari status Blackberry, Facebook, twitter dan hampir semua berita on-line memberitakan kekecewaan mereka yang terkana imbas banjir. Politisi lawan Jokowi mulai berkicau dan menyatakan Jokowi tidak sebaik harapan diawal.

Jadilah, masalah banjir menjadi musibah bagi Jokowi yang dicerca dimana-mana. Musibah bisa berlanjut, dan ujung-ujung upaya menjatuhkan kepopuleran Jokowi saat ini. Namun, sepertinya ada berbeda dari Mantan Gubernur Jakarta lainnya menyikapi masalah, kalau Jokowi menunjukan tetap turun ke warga melihat situasi banjir yang melanda warganya.

Jika tahun lalu, Jokowi untuk menyelesaikan masalah banjir di Jakarta dengan menggusur warga di Waduk Pluit, bagaimana dengan tahun 2014 ini, kampung mana lagi yang akan tergusur. Walau tidak populis dan akan menjatuhkan suara, sepertinya mau-tidak mau Jokowi akan terus bertindak, demi menyenangi warganya yang memiliki mobil serta rumah mewah di Jakarta. Menariknya juga siapa yang pertama kali menyindir ya.

Korban Banjir Juga..


Sekedar berbagi. Terkait banjir awal Januari ini, saya baru pertama kali mengalami sejak tinggal di Batam Centre, Sabtu (11/1). Walau rumah saya sederhana, tapi air bah masuk mengenai seluruh lantai di rumah. Kaget, karena dalam hitungan kurang 5 menit air tiba-tiba meninggi. Dan dalam hitungan kurang 10 menit, air kembali surut, meninggalkan aneka sampah, bau dan merusak tempat tidur dan seluruh lemari serbuk.

Usut-punya usut ternyata rumah yang terendam mencapai ribuan rumah. Penyebab utama dipastikan ada pengembangan kawasan bisnis Botania 2 Batam Centre, yang membangun kawasan dan pembebasan lahan belum memperhatikan saluran pembuangan air mereka. Padalah, kawasan bisnis ini dilahan perbukitan.

Gundukan tanah tinggi, berganti tanah lumpur masuk ke saluran dan menerjang jalan raya. Lumpur menutup drainase, dan jadilah meluber ke jalan perumahan warga yang berada di seberang‎ kawasan. Marah tentu, kenapa kondisi ini pemerintah kota Batam memperhatikan dan izin membangun kawasan, tidak memperhatikan Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) nya.

Pihak developer langsung bertanggung jawab, dan mendata untuk proses ganti rugi. Langkah bijak, karena warga dari berbagai profesi, akan mengamuk jika tidak diselesaikan.

" Untung developer tanggung jawab dan cepat respon. Kalau pemilik developernya  caleg, bisa dapat simpati warga nih, lumayan lah, warga sini ada ribuan suara juga,"celetuk warga malam itu.

Penutup. Bagi saya Banjir itu milik semua orang. Kalau tidak mau Banjir ya jangan tinggal di lokasi yang memang langganan banjir. Kalau berharap selesai seperti Sim Salabim Banjirnya Hilang, ya jangan berharap dengan satu orang, melain berharap dengan seluruh warga sekitar. Sudah tepatkah, sistem dranase di rumah kita, atau sudah sadarkan warga tidak buang sampah sembarangan. Jika semua sikap dan sistem berjalan dengan baik, maka salahkan diri sendiri, kenapa tidak pernah bersyukur pada pemberian Yang Maha Pencipta. (dedy suwadha/ 13 januari 2014)


0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 13 Januari 2014

Hujan, Musimnya Politisasi Banjir



Negeri ini banyak musim. Apalagi di tahu 2014 ini. Dimulai musim hujan, musim panas, musim buah-buahan, musim politik‎, musim banjir dan diakhiri musim proyek urusin banjir. Kalau di Jakarta, musim banjir rejeki bagi pemilik gerobak sampah. Sekali naik penumpang plus motor bayar 20 ribu.

Cuma yang jadi pertanyaan saudara saya di Jakarta, kenapa lokasi jalan yang digenangi air. Adalah lokasi yang sama dari tahun ke tahun.Upaya pemda bersihin jalan penyebab banjir sudah dilakukan.

"Selokan kayaknya tertutup, apa disegaja ditutup pakai sampah. Kayaknya sengaja, biar banjir lalu kita terpaksa nyewa gerobak mereka," kata saudara saye melalui BBM curiga.

Apakah ini proyek banjir, yang ditunggu-tunggu rakyat jelata seperti pemulung dan tukang sampah. Saya tidak tahu, namun jika benar maka cara mereka membantu dan mendapatkan uang seperti itu, halal atau tidak ya.

Kalau rakyat kecil saja berbuat curang, dengan alasan mencari sesuap nasi, bagaimana dengan mereka-mereka yang kebenaran dekat dengan pemimpin daerah masing-masing. Apakah mereka juga akan menunggu momen-momen musim hujan seperti saat ini. Jawabannya, Saya serahkan ke Anda!.

Yang saya tahu, dari total dana APBD tahunan, dana besar disalurkan ke bidang pendidikan sekitar 20 persen. Namun, dana terbanyak adalah serapan dana untuk dinas Pekerjaan Umum (PU).

Bahwa dana terbesar dari PU adalah membangun proyek-proyek fisik, dan pengembangan infrastruktur. Dan biasanya, proyek yang enak dan banyak untung adalah proyek mengurus banjir.Proyek-proyek ini biasanya nilai kecil dan sifatnya penunjukan langsung. Kecil tapi banyak lokasi, lumayan juga.

Pertanyaan  saya, siapa yang dengan mudah mendapatkannya? Mungkin saja keluarga pejabat terkait. Mungkin kolega parpol pemimpin daerah, mungkin tim sukses pemilihan. Mungkin dan mungkin.. saja, saya tidak tau, karena belum pernah main proyek pemerintahan. (Pengen juga nih)..

Bagi saya, sah saja jika memang proyek-proyek mengatasi banjir dilakukan oleh siapapun. Asal, peruntukan lokasi perbaikan titik banjir tepat sasaran. Tepat sasaran, karena adapula lokasi rumah kader tidak pernah banjir, lalu dipaksakan dibuat. Jika ada upaya seperti itu, maka kelakuan warga pemilik gerobak sampah dengan pengusaha dekat dengan pimpinan daerah hampir sama. Halalkah?

Terlepas dari dua kondisi diatas, masalah banjir yang menjadi perhatian nasional adalah masalah Banjir di Jakarta dan sekitarnya. Masalah banjir Jakarta, pintu masuk bagi lawan politik Gubernur Joko Widodo (Jokowi) untuk menghina, merendahkan, menjatuhkan kinerja sang Gubernur Kotak Kotak ini.

Fakta, terpilihnya Jokowi jadi Gubernur Jakarta, harapannya mampu memberantas dan menyelesaikan masalah banjir dan macet di Jakarta. Harapan bagi seluruh warga Ibukota yang memiliki mobil dan rumah mewah.  Sedangkan, bagi warga kelas bawah, banjir satu hal biasa dan seakan kegembiraan bagi mereka melihat warga kaya sengsara diatas kendaraanya. Satu hal ditakuti rakyat kelas bawah ini, cuma digusur.

Reaksi macet berjam-jam akibat banjir berbuah kata-kata manis mulai dari status Blackberry, Facebook, twitter dan hampir semua berita on-line memberitakan kekecewaan mereka yang terkana imbas banjir. Politisi lawan Jokowi mulai berkicau dan menyatakan Jokowi tidak sebaik harapan diawal.

Jadilah, masalah banjir menjadi musibah bagi Jokowi yang dicerca dimana-mana. Musibah bisa berlanjut, dan ujung-ujung upaya menjatuhkan kepopuleran Jokowi saat ini. Namun, sepertinya ada berbeda dari Mantan Gubernur Jakarta lainnya menyikapi masalah, kalau Jokowi menunjukan tetap turun ke warga melihat situasi banjir yang melanda warganya.

Jika tahun lalu, Jokowi untuk menyelesaikan masalah banjir di Jakarta dengan menggusur warga di Waduk Pluit, bagaimana dengan tahun 2014 ini, kampung mana lagi yang akan tergusur. Walau tidak populis dan akan menjatuhkan suara, sepertinya mau-tidak mau Jokowi akan terus bertindak, demi menyenangi warganya yang memiliki mobil serta rumah mewah di Jakarta. Menariknya juga siapa yang pertama kali menyindir ya.

Korban Banjir Juga..


Sekedar berbagi. Terkait banjir awal Januari ini, saya baru pertama kali mengalami sejak tinggal di Batam Centre, Sabtu (11/1). Walau rumah saya sederhana, tapi air bah masuk mengenai seluruh lantai di rumah. Kaget, karena dalam hitungan kurang 5 menit air tiba-tiba meninggi. Dan dalam hitungan kurang 10 menit, air kembali surut, meninggalkan aneka sampah, bau dan merusak tempat tidur dan seluruh lemari serbuk.

Usut-punya usut ternyata rumah yang terendam mencapai ribuan rumah. Penyebab utama dipastikan ada pengembangan kawasan bisnis Botania 2 Batam Centre, yang membangun kawasan dan pembebasan lahan belum memperhatikan saluran pembuangan air mereka. Padalah, kawasan bisnis ini dilahan perbukitan.

Gundukan tanah tinggi, berganti tanah lumpur masuk ke saluran dan menerjang jalan raya. Lumpur menutup drainase, dan jadilah meluber ke jalan perumahan warga yang berada di seberang‎ kawasan. Marah tentu, kenapa kondisi ini pemerintah kota Batam memperhatikan dan izin membangun kawasan, tidak memperhatikan Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) nya.

Pihak developer langsung bertanggung jawab, dan mendata untuk proses ganti rugi. Langkah bijak, karena warga dari berbagai profesi, akan mengamuk jika tidak diselesaikan.

" Untung developer tanggung jawab dan cepat respon. Kalau pemilik developernya  caleg, bisa dapat simpati warga nih, lumayan lah, warga sini ada ribuan suara juga,"celetuk warga malam itu.

Penutup. Bagi saya Banjir itu milik semua orang. Kalau tidak mau Banjir ya jangan tinggal di lokasi yang memang langganan banjir. Kalau berharap selesai seperti Sim Salabim Banjirnya Hilang, ya jangan berharap dengan satu orang, melain berharap dengan seluruh warga sekitar. Sudah tepatkah, sistem dranase di rumah kita, atau sudah sadarkan warga tidak buang sampah sembarangan. Jika semua sikap dan sistem berjalan dengan baik, maka salahkan diri sendiri, kenapa tidak pernah bersyukur pada pemberian Yang Maha Pencipta. (dedy suwadha/ 13 januari 2014)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger