Dedy Tribun . Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 08 Januari 2014

KPK itu Bukan "Kerbau Peranakan Kambing"



Nyindir, tidak ada maksud. Tapi cuma mengkritik singkatan KPK saja. Salahkah kritikan ini, saya minta maaf. Tapi sebelum menyalahkan, pikiran tertuju hebohnya pemberitaan Anas Urbaningrum yang menolak hadir untuk diperiksa oleh Komisi Penanggulangan Korupsi (KPK), Selasa (7/1).

Ragam pendapat miring yang menyebut Anas contoh buruk pemberantasan korupsi di Indonesia, itu kata ICW. Gimana dengan Anda?

Ceritapun beralih dan menjadi perhatian masyarakat, dengan berita menyebutkan wakil ketua KPK Bambang datang ke Cikeas. Berita itu menerangkan, kalau Anas menolak panggilan KPK karena menduga ada skenario dalam kasus Hambalang. Seharian Kubu Anas menjadi berita dimana-mana.

Makin serius membaca beritanya, dan pada Rabu (8/1), giliran pihak Partai Demokrat dan pihak istana membantah tudingan kubu Anas. Mulai dari pagi hingga sore, silih berganti menyatakan tidak ada wakil KPK ke Cikeas. Termasuk bantahan dari Juru Bicara KPK dengan tudingan kubu Anas tersebut.

Terlepas dari berita ini, saya pun tersadar siapa dan ada apa dengan Anas Urbaningrum ini. Seberapa besarkah peran Anas dalam menentukan politik di

negeri ini.  Apakah Anas dari keluarga pejuang. Apakah Anas pernah berprestasi mengguncang dunia, atau Apakah Anas sosok yang peduli dan pejuang bagi masyarakat jelata.

Pertanyaan ini muncul dipikiran, karena saya memang tidak mau  mengetahui. Yang saya ketahui, Anas itu pernah memimpin Himpunan Mahasiswa Islam. Setelah itu, jadi Anggota KPU Pusat.

Selesai menjadi anggota KPU inilah, karir politik Anas makin menanjak. Apakah ada hubungan dengan kemenangan Capres SBY-JK waktu itu, atau memang Anas pemuda dengan pemikiran yang Cerdas. Timbul kembali pertanyaan.

Tapi, gonjang-ganjing ada dugaan Korupsi di KPU yang ditelaah oleh KPK zaman Antasari Ashar, menjadi bola panas dan kita sama tahu seperti apa hasilnya.

Sukses menjerujikan Antasari Ashar, karir Anas makin melenggang ketika makin akrab Anas dengan Edi Baskoro, putra bungsu SBY. Usia Edi yang muda, sepertinya harus belajar politik dengan yang muda juga, yaitu Anas. Dari sinilah langkah menjadi Ketua Umum dari Partai Penguasa terwujudkan.

Tidak peduli bagi saya bagaimana cara Anas menjadi Ketua Partai, namun kembali lagi, kenapa sosok Anas yang tidak ada jasa bagi negeri ini bisa terpilih menjadi ketua umum Partai tahun 2010 lalu.

Ada atau tidak prestasi itu, mungkin saja bagi Pendiri Partai Demokrat, yang juga Presiden RI, sosok Anas dinilai layak Mendampingi Edi Baskoro.

Cerita bahagia Demokrat ini berlangsung kurang 3 tahun lamanya, dan seiring bergantinya kepemimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) edisi Antasari Azhar dan bersama 4 wakilnya.

KPK yang baru dibawah  Ketua Abraham Samad terus mengoptimalkan dan membongkar kasus Wisma Atlet Sea Games XXVI Palembang dan disusul Proyek Hambalang, dengan tersangka utama Muhammad Nazarudin. Padahal, tugas pokok utama KPK baru ini adalah mengungkap kasus Century.

Kasus Korupsi Nazarudin menyerat banyak nama dari Partai Demokrat. Pendiri Partai yaitu SBY seakan membiarkan anggotanya satu-persatu terjerumus hukum, dan endingnya Anas tersingkir dari Partai Demokrat. Apakah ini bagian dari sebuah skenario, cuma Anas yang mengetahui.

Ya.. Anas sepertinya menyimpan RAHASIA BESAR, yang jika dipublikasi akan menguncangkan Dunia Perpolitikan di Negeri ini. Dan, bicara Rahasia ini, sepertinya lebih menarik ditunggu.

Bukti ada Rahasia itu, terlihat dari baru kali ini seorang tersangka KPK yang telah berbulan-bulan ditetapkan KPK, tidak ditahan dalam penjara.Tanya kenapa ya?

Selain bertanya siapa itu Anas, saya juga bertanya ada apa dengan KPK saat ini. Apakah 5 petinggi KPK saat ini tidak lagi segarang pejabat KPK terdahulu.  Yah, ada anggapan mereka takut jangan sampai di Antasari-kan.

Jika memang ada anggapan seperti itu, maka saya menilai KPK sekarang ini tidak lagi independen. (jika takut diansarasikan ya). Tidak bebas lagi bertindak, dan seakan ada yang menggembalakan, dan menskenariokan setiap  pengungkapan korupsi di KPK.

Pameonya.. Ibarat pepatah orang tua dulu, Kerbau dicucuk hidungnya. Ditarik kearah sini ayo. Ditarik turun kejurang ayo, ditarik ke atas bukit juga Ayo. Semua tergantung pengembalanya. Padahal, Kerbau itu badannya besar, dan Bisa menakutkan kalau kerbau lepas dan hidungnya tidak terpasang tali.

Kerbau akan seperti Kambing, jika diikatkan di batang pohon. Tidak bisa bergerak dan hanya menunggu intruksi dari pengembala. Bedanya, kambing walau

diikat tetap bisa memberontak dan bersuara. Minimal teriakannya bisa didengar oleh manusia. Jadi, biarlah menjadi kerbau tercucuk hidungnya, tapi tetap berani memberontak dan bersuara. Walau itu sakit bagi si kerbau.

Perumpamaan diatas, hanya pikiran saya. Anda jangan terpengaruh, kalau terpengaruh tidak salah juga. Intinya, penegakan hukum  di negeri mulai saya rasakah seperti ada yang mengembalakan. Setiap upaya penindakan selalu bernuasa politik. Semoga saja rasa yang saya rasakan ini tidak benar. (dedysuwadha /8 januari 2014).

0 komentar:

Posting Komentar

Rabu, 08 Januari 2014

KPK itu Bukan "Kerbau Peranakan Kambing"



Nyindir, tidak ada maksud. Tapi cuma mengkritik singkatan KPK saja. Salahkah kritikan ini, saya minta maaf. Tapi sebelum menyalahkan, pikiran tertuju hebohnya pemberitaan Anas Urbaningrum yang menolak hadir untuk diperiksa oleh Komisi Penanggulangan Korupsi (KPK), Selasa (7/1).

Ragam pendapat miring yang menyebut Anas contoh buruk pemberantasan korupsi di Indonesia, itu kata ICW. Gimana dengan Anda?

Ceritapun beralih dan menjadi perhatian masyarakat, dengan berita menyebutkan wakil ketua KPK Bambang datang ke Cikeas. Berita itu menerangkan, kalau Anas menolak panggilan KPK karena menduga ada skenario dalam kasus Hambalang. Seharian Kubu Anas menjadi berita dimana-mana.

Makin serius membaca beritanya, dan pada Rabu (8/1), giliran pihak Partai Demokrat dan pihak istana membantah tudingan kubu Anas. Mulai dari pagi hingga sore, silih berganti menyatakan tidak ada wakil KPK ke Cikeas. Termasuk bantahan dari Juru Bicara KPK dengan tudingan kubu Anas tersebut.

Terlepas dari berita ini, saya pun tersadar siapa dan ada apa dengan Anas Urbaningrum ini. Seberapa besarkah peran Anas dalam menentukan politik di

negeri ini.  Apakah Anas dari keluarga pejuang. Apakah Anas pernah berprestasi mengguncang dunia, atau Apakah Anas sosok yang peduli dan pejuang bagi masyarakat jelata.

Pertanyaan ini muncul dipikiran, karena saya memang tidak mau  mengetahui. Yang saya ketahui, Anas itu pernah memimpin Himpunan Mahasiswa Islam. Setelah itu, jadi Anggota KPU Pusat.

Selesai menjadi anggota KPU inilah, karir politik Anas makin menanjak. Apakah ada hubungan dengan kemenangan Capres SBY-JK waktu itu, atau memang Anas pemuda dengan pemikiran yang Cerdas. Timbul kembali pertanyaan.

Tapi, gonjang-ganjing ada dugaan Korupsi di KPU yang ditelaah oleh KPK zaman Antasari Ashar, menjadi bola panas dan kita sama tahu seperti apa hasilnya.

Sukses menjerujikan Antasari Ashar, karir Anas makin melenggang ketika makin akrab Anas dengan Edi Baskoro, putra bungsu SBY. Usia Edi yang muda, sepertinya harus belajar politik dengan yang muda juga, yaitu Anas. Dari sinilah langkah menjadi Ketua Umum dari Partai Penguasa terwujudkan.

Tidak peduli bagi saya bagaimana cara Anas menjadi Ketua Partai, namun kembali lagi, kenapa sosok Anas yang tidak ada jasa bagi negeri ini bisa terpilih menjadi ketua umum Partai tahun 2010 lalu.

Ada atau tidak prestasi itu, mungkin saja bagi Pendiri Partai Demokrat, yang juga Presiden RI, sosok Anas dinilai layak Mendampingi Edi Baskoro.

Cerita bahagia Demokrat ini berlangsung kurang 3 tahun lamanya, dan seiring bergantinya kepemimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) edisi Antasari Azhar dan bersama 4 wakilnya.

KPK yang baru dibawah  Ketua Abraham Samad terus mengoptimalkan dan membongkar kasus Wisma Atlet Sea Games XXVI Palembang dan disusul Proyek Hambalang, dengan tersangka utama Muhammad Nazarudin. Padahal, tugas pokok utama KPK baru ini adalah mengungkap kasus Century.

Kasus Korupsi Nazarudin menyerat banyak nama dari Partai Demokrat. Pendiri Partai yaitu SBY seakan membiarkan anggotanya satu-persatu terjerumus hukum, dan endingnya Anas tersingkir dari Partai Demokrat. Apakah ini bagian dari sebuah skenario, cuma Anas yang mengetahui.

Ya.. Anas sepertinya menyimpan RAHASIA BESAR, yang jika dipublikasi akan menguncangkan Dunia Perpolitikan di Negeri ini. Dan, bicara Rahasia ini, sepertinya lebih menarik ditunggu.

Bukti ada Rahasia itu, terlihat dari baru kali ini seorang tersangka KPK yang telah berbulan-bulan ditetapkan KPK, tidak ditahan dalam penjara.Tanya kenapa ya?

Selain bertanya siapa itu Anas, saya juga bertanya ada apa dengan KPK saat ini. Apakah 5 petinggi KPK saat ini tidak lagi segarang pejabat KPK terdahulu.  Yah, ada anggapan mereka takut jangan sampai di Antasari-kan.

Jika memang ada anggapan seperti itu, maka saya menilai KPK sekarang ini tidak lagi independen. (jika takut diansarasikan ya). Tidak bebas lagi bertindak, dan seakan ada yang menggembalakan, dan menskenariokan setiap  pengungkapan korupsi di KPK.

Pameonya.. Ibarat pepatah orang tua dulu, Kerbau dicucuk hidungnya. Ditarik kearah sini ayo. Ditarik turun kejurang ayo, ditarik ke atas bukit juga Ayo. Semua tergantung pengembalanya. Padahal, Kerbau itu badannya besar, dan Bisa menakutkan kalau kerbau lepas dan hidungnya tidak terpasang tali.

Kerbau akan seperti Kambing, jika diikatkan di batang pohon. Tidak bisa bergerak dan hanya menunggu intruksi dari pengembala. Bedanya, kambing walau

diikat tetap bisa memberontak dan bersuara. Minimal teriakannya bisa didengar oleh manusia. Jadi, biarlah menjadi kerbau tercucuk hidungnya, tapi tetap berani memberontak dan bersuara. Walau itu sakit bagi si kerbau.

Perumpamaan diatas, hanya pikiran saya. Anda jangan terpengaruh, kalau terpengaruh tidak salah juga. Intinya, penegakan hukum  di negeri mulai saya rasakah seperti ada yang mengembalakan. Setiap upaya penindakan selalu bernuasa politik. Semoga saja rasa yang saya rasakan ini tidak benar. (dedysuwadha /8 januari 2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Modus News Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger